me

me

Minggu, 20 Januari 2013

makalah tugas KDK I: Pemeriksaan Fisik pada Bayi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Dewasa ini, pemeriksaan fisik bukan sekedar anamnesa secara procedural. Akan tetapi, observasi hingga pemeriksaan refleks menjadi tahapan yang perlu untuk diperhatikan. Maka, penilaian apgar score perlu dilakukan untuk melengkapi pemeriksaan fisik. Dari adaptasi, kemampuan refleks serta penilaian tanda akan menjadi pelengkap dalam penilaian status kesehatan pada bay. Cairan amnion dalam rangka penilaian jumlah volume akan membantu untuk memudahkan bidan atau petugas kesehatan dalam mengukur keadaan bayi. Plasenta dan tali pusat juga dilakukan pengecekan agar seluruh keadaan bayi dapat terdokumentasi  secara detail.
            Pada bayi, pengukuran antropometri bukan hanya untuk mengetahui detail keadaan fisik bayi namun catatan untuk mempermudah bidan atau petugas kesehatan dalam merangkum semua keadaan dalam praktik pelaksanaan pemeriksaan fisik.

1.2 RUMUSAN MASALAH
·         Apakah yang dimaksud dengan pemeriksaan fisik pada bayi?
·         Bagaimanakah procedural dan pelaksanaan pemeriksaan fisik pada bayi

1.3 TUJUAN PENULISAN
·         Mahasiswa mengerti tentang pemeriksaan fisik pada bayi
·         Mahasiswa mengetahui procedural serta mampu melaksanakan pemeriksaan fisik pada bayi






BAB II
PEMBAHASAN
PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal serta menilai status kesehatannya. Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. 
Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.
Tujuan dari Pemeriksaan Fisik
 Tujuan Dari Pemeriksaan Fisik adalah :
1.                  Untuk menentukan status kesehatan klien
2.                  Mengidentifikasi masalah
3.                  Mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan
4.                  Untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu mendapat tindakan segera.
5.                  Untuk menentukan data objektif dari riwayat keperawatan klien.

Prinsip pemeriksaan fisik pada bayi
1.      Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan
2.      Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan
3.      Pastikan pencahayaan baik
4.      Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat
5.      Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh

Peralatan dan Perlengkapan :
a.       Kapas  alkohol dalam tempatnya.
b.      Bak instrumen
c.       Handscoon
d.      Tissue dalam tempatnya
e.       Senter
f.       Termometer
g.       Stetoskop
h.       Tongs patel
i.        Selimut bayi
j.        Bengkok
k.       Timbangan bayi
l.        Selimut bayi
m.      Bengkok
n.       Timbangan bayi
o.       Pita ukur/metlin
p.       Timer
q.       Pengukur panjang badan
r.        Buku catatan

Prosedur
Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan
Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor lingkungan, sosial,faktor ibu (maternal),
faktor perinatal, intranatal, dan neonatal
Susun alat secara ergonomis
. Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan handuk bersih. Memakai sarung tangan. Letakkan bayi pada tempat yang rata.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
1.         Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi       tidak mudah kehilangan panas atau lepaskan  pakaian hanya pada daerah yang di periksa.
2.         Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru, jantung dan abdomen.
3.         Lakukan prosedur yang menggangu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada tahap akhir bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya.
DIAGNOSIS FISIK PADA BAYI

Diagnosis fisik cara baku untuk diagnosa penyakit, Pemeriksaan penunjang (sederhana-canggih) tidak dapat menggantikan kedudukan diagnosis fisik, Urutan proses diagnostik tetap diawali anamnesis dan pemeriksaan fisik.
2.1  ANAMNESIS

Wawancara langsung pasien (Autoanamnesis) atau orang lain (Heteroanamnesis)
dimana Diagnosis penyakit anak + 80 % dari anamnesis sehingga hal ini Merupakan bagian yang sangat penting dalam pemeriksaan klinis. Pemeriksa harus waspada akan terjadinya “Bias”. Menggunakan bahasa awam, Harus dilakukan pada saat yang tepat dan suasana yang memungkinkan. Heteroanamnesis dilakukan kepada orang yang dekat dengan anak. Pemeriksa harus bersikap empati, menyesuaikan diri dengan yang diwawancarai, Pada kasus gawat darurat anamnesis terbatas pada keadaan umum dan yang penting saja, anak harus segera ditolong, Anamnesis harus diarahkan oleh pemeriksa, supaya tidak ngelantu
r.
Dalam melakukan anamnesis, pemeriksa harus berupaya agar tercipta suasana yang kondusif agar orangtua, pengantar, atau pasiennya dapat mengemukakan keadaan pasien dengan spontan, wajar, namun tidak berkepanjangan.
Anamnesis biasanya dilakukan dengan wawancara secara tatap muka, dan keberhasilannya untuk sebagian besar bergantung  pada kepribadian, pengalaman, dan kebijakan pemeriksa.

Langkah – langkah dalam pembuatan anamnesis :
1.      Identitas pasien.
identitas ini diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar- benar anak yang dimaksud, dan tidak keliru dengan anak lain. Adapun yang harus ada dalam identitas, yaitu :
a)      Nama.
b)      Umur.
Umur sebaiknya didapat dari tanggal lahir. Usia anak juga diperlukan untuk menginterpretasi apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut normal sesuai dengan umumnya
c)      Jenis kelamin
d)     Nama orang tua (ayah, ibu)
e)      Alamat (lengkap)
f)       Umur, Pendidikan Orang tua
g)      Pekerjaan Orang tua
h)      Suku bangsa
2.      Riwayat penyakit
a)      Keluhan Utama
Keluhan yang menyebabkan anak dibawa berobat
Tidak selalu keluhan yang pertama diucapkan orang tua/pengantar
Keluhan utama harus sejalan dengan kondisi pasien dan kemungkinan diagnosis
.
b)      Riwayat Perjalanan Penyakit
Disusun cerita yang kronologis terinci dan jelas
. Dimulai dengan perincian keluhan utama. Diperinci mengenai gejala sebelum keluhan utama sampai anak berobat. Perlu ditanyakan perkembangan penyakit, kemungkinan terjadinya komplikasi, adanya gejala sisa, bahkan juga kecacatan. Dari riwayat ini diharapkan dapat diperoleh gambaran kearah kemungkinan diagnosis dan diagnosis banding.
c)      Perincian gejala mencakup
Lamanya keluhan
Terjadinya gejala-gejala mendadak, terus menerus, hilang timbul
Berat ringannya keluhan menetap, bertambah berat
Keluhan baru pertama atau pernah sebelumnya
Apakah ada saudara/serumah yang mempunyai keluhan sama
Upaya pengobatan yang dilakukan dan obat yang diberikan
Keluhan utama yang sering dijumpai: Panas badan, Sesak nafas, mencret, muntah, kejang, tidak sadar, bengkak, kuning, perdarahan
Dari riwayat penyakit diperoleh gambaran kemungkinan diagnosis dan diagnosis banding
3.      Riwayat kehamilan.
Berikut adalah hal – hal yang perlu ditanyakan, mengenai :
a)      Kesehatan Ibu selama hamil.
b)      Kunjungan antenatal.
c)      Imunisasi TT.
d)     Obat yang diminum.
e)      Makanan ibu.
f)       Kebiasaan merokok, minuman keras.

4.      Riwayat kelahiran.
ihwal kelahiran pasien harus ditanyakan dengan teliti, termasuk tanggal dan tempat kelahiran, siapa yang menolong, masa kehamilan, cara kelahiran, keadaan setelah lahir (nilai APGAR), BB & Panjang badan Lahir, keadaan anak minggu I setelah lahir.
5.      Riwayat makanan.
Pada anamnesis tentang riwayat makanan diharapkan dapat diperoleh keterangan tentang makanan yang dikonsumsi oleh anak, baik dalam jangka pendek, maupun jangka panjang. Kemudian dinilai apakah kualitas dan kuantitasnya, yaitu memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan.
Pada bayi perlu diketahui susu apa yang diberikan : ASI ataukah pengganti air susu ibu, atau keduanya.
6.      Riwayat imunisasi.
Status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun imunisasi ulangan (booster) harus secara rutin ditanyakan, khususnya imunisasi BCG, DPT, polio, campak, dan Hepatitis-B dll.
7.      Riwayat pertumbuhan.
Dilihat kurva BB terhadap Umur (KMS)
, dapat mendeteksi riwayat penyakit kronik.
8.      Riwayat perkembangan.
Ditanyakan patokan dalam perkembangan (Milestones) motorik kasar, motorik halus, sosial, bahasa
9.      Riwayat penyakit keluarga.
Penting untuk mendeteksi penyakit keturunan atau penyakit menular
10.  Riwayat sosio ekonomi keluarga
Penghasilan Orang tua
Jumlah keluarga
Keadaan perumahan dan lingkungan
Kebersihan diri dan lingkungan
.

2.1  Pengertian Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Tanda vital ini merupakan indikator dari status kesehatan (menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural dan endokrin tubuh). Pengukuran TTV memberikan data dasar untuk mengetahui respon terhadap stress fisiologi/psikologi, respon terapi medis dan keperawatan, serta perubahan fisiologis.