me

me

Minggu, 20 Januari 2013

makalah tugas KDK I: Pemeriksaan Fisik pada Bayi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Dewasa ini, pemeriksaan fisik bukan sekedar anamnesa secara procedural. Akan tetapi, observasi hingga pemeriksaan refleks menjadi tahapan yang perlu untuk diperhatikan. Maka, penilaian apgar score perlu dilakukan untuk melengkapi pemeriksaan fisik. Dari adaptasi, kemampuan refleks serta penilaian tanda akan menjadi pelengkap dalam penilaian status kesehatan pada bay. Cairan amnion dalam rangka penilaian jumlah volume akan membantu untuk memudahkan bidan atau petugas kesehatan dalam mengukur keadaan bayi. Plasenta dan tali pusat juga dilakukan pengecekan agar seluruh keadaan bayi dapat terdokumentasi  secara detail.
            Pada bayi, pengukuran antropometri bukan hanya untuk mengetahui detail keadaan fisik bayi namun catatan untuk mempermudah bidan atau petugas kesehatan dalam merangkum semua keadaan dalam praktik pelaksanaan pemeriksaan fisik.

1.2 RUMUSAN MASALAH
·         Apakah yang dimaksud dengan pemeriksaan fisik pada bayi?
·         Bagaimanakah procedural dan pelaksanaan pemeriksaan fisik pada bayi

1.3 TUJUAN PENULISAN
·         Mahasiswa mengerti tentang pemeriksaan fisik pada bayi
·         Mahasiswa mengetahui procedural serta mampu melaksanakan pemeriksaan fisik pada bayi






BAB II
PEMBAHASAN
PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal serta menilai status kesehatannya. Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. 
Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.
Tujuan dari Pemeriksaan Fisik
 Tujuan Dari Pemeriksaan Fisik adalah :
1.                  Untuk menentukan status kesehatan klien
2.                  Mengidentifikasi masalah
3.                  Mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan
4.                  Untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu mendapat tindakan segera.
5.                  Untuk menentukan data objektif dari riwayat keperawatan klien.

Prinsip pemeriksaan fisik pada bayi
1.      Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan
2.      Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan
3.      Pastikan pencahayaan baik
4.      Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat
5.      Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh

Peralatan dan Perlengkapan :
a.       Kapas  alkohol dalam tempatnya.
b.      Bak instrumen
c.       Handscoon
d.      Tissue dalam tempatnya
e.       Senter
f.       Termometer
g.       Stetoskop
h.       Tongs patel
i.        Selimut bayi
j.        Bengkok
k.       Timbangan bayi
l.        Selimut bayi
m.      Bengkok
n.       Timbangan bayi
o.       Pita ukur/metlin
p.       Timer
q.       Pengukur panjang badan
r.        Buku catatan

Prosedur
Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan
Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor lingkungan, sosial,faktor ibu (maternal),
faktor perinatal, intranatal, dan neonatal
Susun alat secara ergonomis
. Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan handuk bersih. Memakai sarung tangan. Letakkan bayi pada tempat yang rata.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
1.         Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi       tidak mudah kehilangan panas atau lepaskan  pakaian hanya pada daerah yang di periksa.
2.         Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru, jantung dan abdomen.
3.         Lakukan prosedur yang menggangu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada tahap akhir bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya.
DIAGNOSIS FISIK PADA BAYI

Diagnosis fisik cara baku untuk diagnosa penyakit, Pemeriksaan penunjang (sederhana-canggih) tidak dapat menggantikan kedudukan diagnosis fisik, Urutan proses diagnostik tetap diawali anamnesis dan pemeriksaan fisik.
2.1  ANAMNESIS

Wawancara langsung pasien (Autoanamnesis) atau orang lain (Heteroanamnesis)
dimana Diagnosis penyakit anak + 80 % dari anamnesis sehingga hal ini Merupakan bagian yang sangat penting dalam pemeriksaan klinis. Pemeriksa harus waspada akan terjadinya “Bias”. Menggunakan bahasa awam, Harus dilakukan pada saat yang tepat dan suasana yang memungkinkan. Heteroanamnesis dilakukan kepada orang yang dekat dengan anak. Pemeriksa harus bersikap empati, menyesuaikan diri dengan yang diwawancarai, Pada kasus gawat darurat anamnesis terbatas pada keadaan umum dan yang penting saja, anak harus segera ditolong, Anamnesis harus diarahkan oleh pemeriksa, supaya tidak ngelantu
r.
Dalam melakukan anamnesis, pemeriksa harus berupaya agar tercipta suasana yang kondusif agar orangtua, pengantar, atau pasiennya dapat mengemukakan keadaan pasien dengan spontan, wajar, namun tidak berkepanjangan.
Anamnesis biasanya dilakukan dengan wawancara secara tatap muka, dan keberhasilannya untuk sebagian besar bergantung  pada kepribadian, pengalaman, dan kebijakan pemeriksa.

Langkah – langkah dalam pembuatan anamnesis :
1.      Identitas pasien.
identitas ini diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar- benar anak yang dimaksud, dan tidak keliru dengan anak lain. Adapun yang harus ada dalam identitas, yaitu :
a)      Nama.
b)      Umur.
Umur sebaiknya didapat dari tanggal lahir. Usia anak juga diperlukan untuk menginterpretasi apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut normal sesuai dengan umumnya
c)      Jenis kelamin
d)     Nama orang tua (ayah, ibu)
e)      Alamat (lengkap)
f)       Umur, Pendidikan Orang tua
g)      Pekerjaan Orang tua
h)      Suku bangsa
2.      Riwayat penyakit
a)      Keluhan Utama
Keluhan yang menyebabkan anak dibawa berobat
Tidak selalu keluhan yang pertama diucapkan orang tua/pengantar
Keluhan utama harus sejalan dengan kondisi pasien dan kemungkinan diagnosis
.
b)      Riwayat Perjalanan Penyakit
Disusun cerita yang kronologis terinci dan jelas
. Dimulai dengan perincian keluhan utama. Diperinci mengenai gejala sebelum keluhan utama sampai anak berobat. Perlu ditanyakan perkembangan penyakit, kemungkinan terjadinya komplikasi, adanya gejala sisa, bahkan juga kecacatan. Dari riwayat ini diharapkan dapat diperoleh gambaran kearah kemungkinan diagnosis dan diagnosis banding.
c)      Perincian gejala mencakup
Lamanya keluhan
Terjadinya gejala-gejala mendadak, terus menerus, hilang timbul
Berat ringannya keluhan menetap, bertambah berat
Keluhan baru pertama atau pernah sebelumnya
Apakah ada saudara/serumah yang mempunyai keluhan sama
Upaya pengobatan yang dilakukan dan obat yang diberikan
Keluhan utama yang sering dijumpai: Panas badan, Sesak nafas, mencret, muntah, kejang, tidak sadar, bengkak, kuning, perdarahan
Dari riwayat penyakit diperoleh gambaran kemungkinan diagnosis dan diagnosis banding
3.      Riwayat kehamilan.
Berikut adalah hal – hal yang perlu ditanyakan, mengenai :
a)      Kesehatan Ibu selama hamil.
b)      Kunjungan antenatal.
c)      Imunisasi TT.
d)     Obat yang diminum.
e)      Makanan ibu.
f)       Kebiasaan merokok, minuman keras.

4.      Riwayat kelahiran.
ihwal kelahiran pasien harus ditanyakan dengan teliti, termasuk tanggal dan tempat kelahiran, siapa yang menolong, masa kehamilan, cara kelahiran, keadaan setelah lahir (nilai APGAR), BB & Panjang badan Lahir, keadaan anak minggu I setelah lahir.
5.      Riwayat makanan.
Pada anamnesis tentang riwayat makanan diharapkan dapat diperoleh keterangan tentang makanan yang dikonsumsi oleh anak, baik dalam jangka pendek, maupun jangka panjang. Kemudian dinilai apakah kualitas dan kuantitasnya, yaitu memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan.
Pada bayi perlu diketahui susu apa yang diberikan : ASI ataukah pengganti air susu ibu, atau keduanya.
6.      Riwayat imunisasi.
Status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun imunisasi ulangan (booster) harus secara rutin ditanyakan, khususnya imunisasi BCG, DPT, polio, campak, dan Hepatitis-B dll.
7.      Riwayat pertumbuhan.
Dilihat kurva BB terhadap Umur (KMS)
, dapat mendeteksi riwayat penyakit kronik.
8.      Riwayat perkembangan.
Ditanyakan patokan dalam perkembangan (Milestones) motorik kasar, motorik halus, sosial, bahasa
9.      Riwayat penyakit keluarga.
Penting untuk mendeteksi penyakit keturunan atau penyakit menular
10.  Riwayat sosio ekonomi keluarga
Penghasilan Orang tua
Jumlah keluarga
Keadaan perumahan dan lingkungan
Kebersihan diri dan lingkungan
.

2.1  Pengertian Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Tanda vital ini merupakan indikator dari status kesehatan (menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural dan endokrin tubuh). Pengukuran TTV memberikan data dasar untuk mengetahui respon terhadap stress fisiologi/psikologi, respon terapi medis dan keperawatan, serta perubahan fisiologis.

Tujuan Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Ada beberapa tujuan dilakukannya pemeriksaan tanda-tanda vital, yaitu :
1.        Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.
2.        Mengetahui denyut nadi (Irama, Frekuensi, dan Kekuatan)
3.        Menilai kemampuan kardiovaskuler
4.        Mengetahui frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan
5.        Menilai kemampuan fungsi pernapasan
6.        Mengetahui nilai tekanan darah.
Waktu Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital :
Dalam melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien, ada beberapa ketentuan waktu sebagai berikut :
1.         Saat klien masuk ke fasilitas kesehatan
2.         Di Rumah Sakit / fasilitas kesehatan dengan jadwal rutin sesuai program
3.         Sebelum dan sesudah prosedur bedah
4.         Sebelum dan sesudah prosedur diagnostik invasive
5.         Sebelum dan sesudah pemberian pengobatan yang mempengaruhi kanvas, respirasi & fungsi kontrol suhu
6.         Saat keluhan utama klien berubah
7.         Sebelum dan sesudah intervensi keperawatan yang pengaruhi TTV
8.         Saat klien melaporkan adanya distress fisik non spesifik
Jenis Pemeriksaan TTV
1.         Pemeriksaan suhu tubuh
2.         Pemeriksaan nadi
3.         Pemeriksaan tekanan darah
4.         Pemeriksaan pernapasan
 Pemeriksaan Suhu Tubuh
·      Landasan Teori :
Pemeriksaan suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Keseimbangan suhu harus diatur dalam pembuangan dan penyimpanannya di dalam tubuh yang diatur oleh hipotalamus.
·      Pengertian :
Suhu tubuh merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan hilangnya panas dari tubuh ke lingkungan.
Produksi panas yang dihasilkan tubuh antara lain berasal dari :
-        Metabolisme dari makanan (Basal Metabolic Rate)
-       Olahraga
-       Shivering atau kontraksi otot skelet
-       Peningkatan produksi hormon tiroksin (meningkatkan metabolisme seluler)
-       Proses penyakit infeksi
-       Termogenesis kimiawi (rangsangan langsung dari norepinefrin dan efinefrin atau dari rangsangan langsung simpatetik
 
·      Proses Hilangnya Panas Tubuh :
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh. Dimana proses hilangnya panas tubuh ini terdiri dari:
 
1.    Radiasi
adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lain tanpa melalui kontak langsung.
Contoh : orang berdiri didepan lemari es yang terbuka.
2.    Konduksi
adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lainnya melalui kontak langsung,
Contoh : kontak langsung dengan es.
3.    Konveksi
adalah pemindahan panas yang timbul akibat adanya pergerakan udara.
Contoh : udara yang berdekatan dengan badan akan menjadi hangat.
4.    Evaporisasi
adalah pemindahan panas yang terjadi melalui proses penguapan.
Contoh : pernapasan dan respiration dari kulit. Keringat meningkatkan pengeluaran panas tubuh.
 
 
 
Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh manusia dapat diuraikan sebagai berikut :

1.      Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
2.      Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Di samping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
3.      Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.

4.      Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% di atas normal.
5.      Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3–x0,6°C di atas suhu basal.
6.      Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
7.      Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
8.      Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.
9.      Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
10.  Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Suhu tubuh normal sesuai tingkatan umur :
Umur
Suhu (Derajat Celcius)
3 bulan
37,5
1 tahun
37,7
3 tahun
37,2
5 tahun
37,0
7 tahun
36,8
9 tahun
36,7
13 tahun
36,6

Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat yaitu :
   * Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C.
   * Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5°C.
   * Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 - 40°C.
   * Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C.
·      Lokasi Pemeriksaan Suhu Tubuh :
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dibeberapa tempat yaitu :
-       Mulut (oral)            : Suhu rata-rata 37°C. Pada area ini termotemer didiamkan sekitar 2 - 3 menit.
Hindari pengukuran suhu tubuh dengan metode oral dengan memasukkan termometer ke dalam mulut, hingga anak Anda berusia 4-5 tahun. Hingga usia tersebut bayi tidak dapat diam menahan termometer di bawah lidahnya. Pengukuran suhu melalui oral juga tidak boleh dilakukan pada klien dengan bedah / trauma oral, klien dengan epilepsy atau gemetar karena kedinginan, pada bayi dan anak kecil yang menangis serta klien yang tidak sadar.
 
http://langgengsehat.com/wp-content/uploads/2012/09/yang-harus-dilakukan-saat-anak-demam.jpg
 
 
 
 
 
 
 
 


                          Gambar pemeriksaan suhu tubuh melalui mulut (oral).
 
-       Anus (rectal)   : Suhu rata-rata 37,5°C. pada area ini termometer didiamkan sekitar 3 – 5 menit
Metode rektal memberikan hasil pengkuran yang paling akurat. Pada bayi yang baru lahir metode ini merupakan metode yang paling vital. Hingga bayi Anda berusia 3 bulan, Dokter mungkin akan mengukur suhu tubuhnya dengan metode ini. Jika bayi memberontak saat diukur suhu tubuhnya, Anda bisa mengukur suhu pertamanya dari bawah ketiak (aksila). Apabila hasil pengkuran suhu tubuh dari bawah ketiak menunjukkan angka 37 derajat celcius, segera lakukan metode rektal untuk memastikannya. Pemeriksaan ini tidak boleh dilakukan pada klien dengan bedah / kelainan rectal, nyeri pada area rectal / perdarahan, klien dengan berpenyakit kelamin, pada bayi baru lahir.
-       Ketiak (axilla) : Suhu rata-rata 36,5°C. pada area ini termometer didiamkan sekitar 10 – 15 menit
Beberapa dokter merekomendasikan pengukuran suhu bayi di ketiaknya. Metode ini sangat mudah, nyaman, dan aman, dan yang Anda butuhkan adalah termometer digital biasa. Kelemahannya adalah bahwa pembacaan suhu tubuh dengan metode aksila kurang akurat dibandingkan dengan metode lain. Pembacaan suhu tubuh dari bawah ketiak (eksternal) dapat 2 derajat lebih rendah dari pembacaan dubur (internal). Pemeriksaan ini tidak boleh dilakukan pada bayi atau klien yang sangat kurus, klien dengan luka di ketiak.
 
http://www.dokteranak.net/wp-content/uploads/2012/09/Mengukur-Suhu-Tubuh-Anak.jpg
 
 
 
 
 
 
 
 
 


                        Gambar pemeriksaan suhu tubuh melalui ketiak (axila).
 
 
·   Alat Pengukur Suhu Tubuh :
Secara umum pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer kaca (glass termometers) dan termometer digital, Skala yang sering digunakan adalah termometer skala Celcius ( Centigrade) yang mempunyai skala dengan titik beku air 0 derajat Celcius dan titik didih 100 derajat Celcius.
·      Prosedur Kerja Pemeriksaan Suhu Tubuh

v Pengukuran Suhu
Nilai hasil pemeriksaan suhu merupakan indikator untuk menilai keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Nilai ini akan menunjukkan peningkatan bila pengeluaran panas meningkat. Kondisi demikian dapat juga disebabkan oleh vasodilatasi, berkeringat, hiperventilasi dan lain-lain. Demikian sebaliknya, bila pembentukan panas meningkat maka nilai suhu tubuh akan menurun. Kondisi ini dapat dilihat pada peningkatan metabolisme dan kontraksi otot. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan secara oral, rektal, dan aksila.
v Tujuan Tindakan
Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.
v Persiapan Alat
Alat-alat yang harus dipersiapkan sebelum melaksanakan tindakan:
-       Termometer air raksa ( aksila, oral dan rectal)
-       Tissu kering
-       Bengkok
-       Vaselin (untuk pengkajian suhu rektal)
-       3 Jenis botol :
1)   Berisi larutan desinfektan lisol 2%
2)   Berisi larutan sabun
3)   Berisi air bersih
-       Kertas/tisu
-       Buku catatan suhu
-       Sarung tangan (handscond)

v Prosedur Pelaksanaan
1.         Pemeriksaan suhu melalui oral :
-       Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
-       Cuci tangan
-       Gunakan sarung tangan (handscond)
-       Mengatur posisi klien (duduk atau berbaring)
-       Turunkan suhu pada termometer sampai angka 35°c
-       Tentukkan letak bawah lidah
-       Letakkan termometer di bawah lidah dan sejajar dengan gusi
-       Anjurkan mulut dikatupkan selama 3-5 menit
-       Angkat dan baca hasil (dalam membaca luruskan dan sejajarkan dengan mata pembaca kemudian baca hasil dengan seksama sebatas mana air raksa berhenti)
-       Catat hasil
-       Bersihkan termometer.
2. Pemeriksaan suhu melelui aksila :
-       Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
-       Cuci tangan
-       Gunakan sarung tangan (handscond)
-       Mengatur posisi klien (duduk atau berbaring)
-       Turunkan suhu pada termometer sampai angka 35°c
-       Letakkan termometer pada daerah aksila kemudian suruh pasien menjepit sampai 3-5 menit.
-       Mencatat hasil
-       Bersihkan termometer

3. Pemeriksaan suhu melalui rectal :
-       Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
-       Cuci tangan
-       Gunakan sarung tangan (handscond)
-       Atur posisi dengan menyuruh pasien miring kiri
-       Turunkan suhu pada termometer sampai angka 0°c dan oleskan vaslin secukupnya
-       Turunkan pakaian pasien sampai bagian gluteal  dan tetap menjaga privacy pasien.
-       Letakkan telapak tangan pada sisi gluteal pasien dan masukkan termometer ke dalam rectal, suruh pasien menahan sampai 3-5 menit dan usahakan jangan sampai berubah posisi.
-       Setelah selesai angkat termometer dan baca/catat hasil
-       Bersihkan termometer
       Pemeriksaan Denyut Nadi
·       Landasan Teori :
Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan disepanjang jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada tempat- tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri.
·       Pengertian :
Denyut nadi merupakan denyutan atau dorongan yang dirasakan dari proses pemompaan jantung. Denyut nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung.
·       Tujuan mengetahui jumlah denyut nadi seseorang adalah:
* Untuk mengetahui kerja jantung
* Untuk menentukan diagnosa
* Untuk segera mengetahui adanya kelainan-kelainan pada seseorang
·       Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Nadi :
1.        Umur dan jenis kelamin
2.        Cemas dan stres : Nyeri akut dan ansietas meningkatkan stimulasi simpatik, mempengaruhi frekuensi jantung
3.        Penyakit terutama penyakit Cardio Vascular
4.        Suhu : Suhu meningkat maka nadi akan meningkat
5.        Aktifitas dan olah raga : meningkatkan RR (pernafasan)
6.        Obat-obatan : Obat kronotopik positif (epineprin akan meningkatkan nadi)
7.        Perdarahan : Kehilangan darah akan meningkatkan stimulasi simpatik sehingga meningkatkan nadi.
8.        Perubahan postur tubuh : Dari berbaring ke duduk kemudian berdiri akan meningkatkan nadi
9.        Gangguan paru-paru : Penyakit mengakibatkan oksigenasi buruk sehingga nadi meningkat
10.    Makanan dan minuman
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
- Bayi baru lahir
                                   : 140 kali per menit
- Umur di bawah umur 1 bulan
            : 110 kali per menit
- Umur 1 – 6 bula
n                  : 130 kali per menit
- Umur 6 – 12 bulan
                : 115 kali per menit
- Umur 1 – 2 tahun
                  : 110 kali per menit
- Umur 2 – 6 tahu
n                  : 105 kali per menit
- Umur 6 – 10 tahun
                : 95 kali per menit
- Umur 10 – 14 tahun       
       : 85 kali per menit
- Umur 14 – 18 tahun
              : 82 kali per menit
- Umur di atas 18 tahun
                       : 60 – 100 kali per menit
- Usia Lanju
t                            : 60 -70 kali per menit
Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut pradicardi.
Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.
Denyut nadi pada saat tidur yaitu :
a. Bayi baru lah
ir                     : 100 – 180 x/menit
b. Usia 1 minggu – 3 bulan
      : 100 – 220 x/ menit
c. Usia 3 bulan – 2 tahun
         :80 – 150 x/menit
d. usia 10 –21 tahun
                :60 – 90 x/menit
e. Usia lebih dari 21 tahun
       : 69 – 100 x/menit

·      Lokasi Pemeriksaan Nadi :
 Pada umumnya ada 9 tempat untuk merasakan denyut nadi yaitu temporalis, karotid, apikal, brankialis, femoralis, radialis, poplitea, dorsalis pedis dan tibialis posterior, namun yang paling sering dilakukan yaitu:
1. Arteri radialis : Pada pergelangan tangan
Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba diatas pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin.
2. Arteri Brankialis : Pada lipatan siku
Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku (fossa antekubital). Digunakan untuk mengukur tekanan darah dan kasus cardiac arrest pada infant.
3. Arteri Karotid  : Pada leher
Terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri karotid berjalan diantara trakea dan otot sternokleidomastoideus. Sering digunakan untuk bayi, kasus cardiac arrest dan untuk memantau sirkulasi darah ke otak.
Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhinya, pada saat aktifitas normal :
*    Normal : 60 – 100 x / menit,
*    Bradikardi : < 60 x / menit
*    Takhikardi : > 100. x / menit
·      Alat Yang Digunakan Untuk Memeriksa Nadi :
1.    Stethoscope (auskultasi)
2.    Jari-jari tangan (palpasi)

·      Prosedur perhitungan :
1.    Hitung nadi selama 1 menit
2.    Bila perhitungan selama 15 detik maka dikalikan 4
3.    Bila pertingan selama 30 menit maka dikalikan 2
4.    Perhitungan perkalian hanya dilakukan pada frekuensi nadi yang teratur
·      Prosedur Kerja Pemeriksaan Denyut Nadi
 
v Pemeriksaan Denyut Nadi
Nilai denyut nadi merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskular. Denyut nadi dapat diperiksa dengan mudah menggunakan jari tangan (palpasi) atau dapat juga dilakukan dengan alat elektronik yang sederhana maupun canggih. Pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan pada daerah arteri radialis pada pergelangan tangan, arteri brakhialis pada siku bagian dalam, arteri karotis pada leher, arteri temporalis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, dan pada arteri frontalis pada bayi.
v Tujuan Tindakan
Ada beberapa tujuan dilakukannya pemeriksaan denyut nadi, yaitu :
1.        Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan kekuatan)
2.        Menilai kemampuan fungsi kardiovaskular
 
v Persiapan Alat
-              Arloji (jam) atau stop-watch
-              Buku catatan nadi
-              Pena
 
v Prosedur Pelaksanaan
-         Jelaskan prosedur pada klien
-         Cuci tangan
-         Atur posisi pasien
-         Letakkan kedua lengan telentang di sisi tubuh
-         Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung)
-         Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Tentukan frekuensinya per menit dan keteraturan irama, dan kekuatan denyutan
-         Catat hasil
-         Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
     
 Pemeriksaan Tekanan Darah
·      Landasan Teori :
Pemeriksaan tekanan darah diperoleh dari pengkuran pada sirkulasi arteri. Aliran darah akibat pemompaan jantung menimbulkan gelombang yaitu gelombang tinggi yang disebut tekanan sistole dan gelombang pada titik terendah yang disebut tekanan diastole atau istirahat. Satuan Tekanan darah dinyatakan dalam millimeter air raksa (mmHg).
 Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa
Tidak ada nilai tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung berdasarkan rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi.
·      Pengertian :
Tekanan darah adalah kecepatan aliran darah persatuan dinding pada pembuluh darah yang diberikan oleh darah yang mengalir.
·      Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Tekanan Darah :
1.    Tahanan perifer : Pada dilatasi pembuluh darah & tahanan turun ,tekanan darah akan turun
2.    Gerakan memompa oleh jantung
3.    Volume darah : Bila volume meningkat, tekanan darah akan meningkat
4.    Viskositas darah : Semakin kental darah akan meningkatkan tekanan darah
5.    Elastisitas dinding pembuluh darah : Penurunan elastisitas pembuluh darah akan meningkatkan tekanan darah
6.    Kekentalan darah
7.    Latihan fisik
8.    Posisi tubuh
9.    Makanan, minuman dan obat – obatan
10.               Lingkungan
11.               Emosi

Tekanan darah pada dewasa:
Ø Normal                    : <120 mmHg / <80 mmHg
Ø Prehipertensi                       : 120-139 mmHg / 80-89 mmHg
Ø Hipertensi stadium I            : 140-159 mmHg / 90-99mmHg
Ø Hipertensi stadium II:  >160 mmHg / > 100 mmHg

Tekanan darah pada bayi:
Ø Pada umur 1 tahun : 102 mmHg / 55 mmHg
Ø Pada umur 5 tahun :112 mmHg / 69 mmHg
Ø Pada usia 10 tahun :119 mmHg / 78 mmHg

·      Tekanan Darah Abnormal :
-       Hipertensi : Tekanan sistole  > 130 mmHg, diastole > 90 mmHg
-       Hipotensi : Tekanan sistole < 90 mmHg, diastole > 60 mmHg
-       Hipotensi ortostatik postural : Penurunan Tekanan Darah saat bergerak dari posisi duduk ke berdiri disertai pusing, berkunang-kunang sampai pingsan.

Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
- Bayi usia di bawah 1 bulan    : 85/15 mmHg
- Usia 1 – 6 bulan                    : 90/60 mmHg
- Usia 6 – 12 bulan                  : 96/65 mmHg
- Usia 1 – 4 tahun                    : 99/65 mmHg
- Usia 4 – 6 tahun                    : 160/60 mmHg
- Usia 6 – 8 tahun                    : 185/60 mmHg
- Usia 8 – 10 tahun                  : 110/60 mmHg
- Usia 10 – 12 tahun                : 115/60 mmHg
- Usia 12 – 14 tahun                : 118/60 mmHg
- Usia 14 – 16 tahun                : 120/65 mmHg
- Usia 16 tahun ke atas             : 120/75 mmHg
- Usia lanjut                             : 130-139/85-89 mmHg

·      Lokasi Pemeriksaan :
1.    Lengan : Sebaiknya lengan kiri karena dekat dengan jantung dan hindari penempatan manset pada lengan yang terpasang infus, terpasang shun arterivena, lengan yang mengalami fistula, trauma dan tertutup gip/balutan.
2.    Pergelangan kaki bagian atas

·      Alat Yang Digunakan :
1.    Stethoscope, bagian-bagiannya terdiri dari : gagang, selang penghubung, bel dan diafragma
2.    Sphygmanometer (sphygmomanometer merkuri (air raksa), aneroid, atau elektronik/digital), bagiannya tediri dari : manometer air raksa dan klep pembuka penutup, manset, pengisi udara, selang dari karet, pompa udara dari karet dan secrup pembuka penutup.

Saat memeriksa tekanan darah, ada dua angka yang biasanya disebut misalnya 120/80. Yang dimaksud angka-angka tersebut, yaitu :
·  Sistolik : Angka pertama (120) yaitu tekanan darah sistolik, yaitu tekanan saat jantung berdenyut atau berdetak (sistol). Sering disebut tekanan atas. Angka ini menunjukkan tekanan darah ketika jantung sedang memompa darah, yaitu ketika darah keluar dari jantung menuju ke pembuluh darah.
·  Diastolik : Angka pertama (80) yaitu tekanan darah diastolik, yaitu tekanan saat jantung beristirahat di antara saat pemompaan. Sering disebut tekanan bawah. Angka ini menunjukkan tekanan darah ketika jantung dalam keadaan relaks (istirahat), yaitu ketika darah dari pembuluh darah kembali mengisi ruang jantung.
Tekanan Darah
Sistolik
(angka pertama)
Diastolik
(angka kedua)
Darah rendah (hipotensi)
< 90
< 60
Normal
90 – 120
60 – 80
Pre-hipertensi
120 -140
80 – 90
Darah tinggi (hipertensi stadium 1)
140 - 160
90 - 100
Darah tinggi (hipertensi stadium 2 / berbahaya)
> 160
> 100
Setelah mengetahui tekanan darah, untuk mengetahui apakah tekanan darah Anda termasuk rendah, normal atau tinggi. Berikut ini penggolongan tekanan darah berdasarkan angka hasil pengukuran dengan tensimeter untuk tekanan sistolik dan diastolik :
·      Prosedur Kerja Pemeriksaan Tekanan Darah












Pemeriksaan Tekanan Darah
Nilai tekanan darah merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskular bersamaan dengan pemeriksaan nadi. Pemeriksaan tekanan darah dapat diukur dengan dua metode, yaitu metode langsung : metode yang menggunakan kanula atau jarum yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer. Metode ini merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan tekanan darah, tetapi memerlukan persyaratan dan keahlian khusus, metode tak langsung : metode yang menggunakan sphygmomanometer. Pengukuran tak langsung ini menggunakan dua cara, yaitu palpasi yang mengukur tekanan sistolik dan auskultasi yang dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dan cara ini memerlukan alat stetoskop. lengan Untuk menentukan tekanan darah dengan tepat harus diperhatikan ukuranmanset yang sesuai, manset harus dapat mengembang paling sedikit 2/3 keliling lingkaran lengan : 1. Neonatus 5 cm 2. Anak >5 tahun 12 cm. Sedangkan manset yang tersedia biasanya 23 cm.

v  Tujuan Tindakan
Mengetahui nilai tekanan darah. 

v  Persiapan Alat
-   Sphygmomanometer (tensimeter) yang terdiri dari : manometer air raksa + klep penutup dan pembuka, manset udara slang karet, pompa udara dari karet + sekrup pembuka dan penutup
-   Stetoskop
-   Buku catatan tanda vital
-   Pena

v  Prosedur Pelaksanaan
-   Cuci tangan
-   Terangkan pada orangtua bayi tentang prosedur yang akan dilakukan dan tujuan dilakukan pengukuran tekanan darah
-   Berikan pada pasien posisi yang nyaman ( berbaring / duduk ) bila pasien duduk salah satu tangan diletakkan di atas meja (tangan kanan dengan posisi flexi dan sejajar dengan jantung)
-   Palpasi daerah arteri brachialis
-   Pastikan bahwa manset tidak ada udara, kemudian pasang manset di atas arteri brachialis ± 2,5 cm (di atas denyutan )
-   Letakkan manometer (tabung air raksa sejajar dengan mata)
-   Untuk memulai mengukur tekanan darah, buka dahulu kait yang terletak dibawah tabung air raksa ke arah kanan.
-   Palpasi daerah arteri radialis dan temukan denyutan. Tutup katup pemompa dengan kencang kemudian pompa sampai tidak teraba denyutan pada arteri radialis tambahkan ± 30 mmHg.
-   Pasang stetoskop pada telinga dan letakkan di arteri brachialis
-   Buka katup pemompa secara perlahan-lahan dengan waktu ± 30 detik/ 2-3 mmHg.
-   Dengar bunyi I dan pada angka berapa bunyi I terdengar
-   Lanjutkan sampai bunyi II terdengar
-   Ulangi pengukuran dengan selang waktu 30 menit
-   Catat hasil pengukuran dan bereskan alat
-   Cuci tangan


2.4.4 Pemeriksaan Pernafasan
·      Landasan Teori :
Seseorang dikatakan bernapas bila menghirup oksigen (O2) dan mengeluarkan karbon dioksida (CO2) melalui sistim pernapasan. Bernapas dapat dalam dan dapat pula dangkal. Pernapasan yang dalam akan mempunyai volume udara yang besar, baik pada waktu tarik napas/inspirasi/inhalasi atau pada waktu mengeluarkan napas/ekspirasi/ekshalasi. Sedangkan pada pernapasan dangkal maka volume udara akan mengecil.

·      Pengertian :
1.    Pernapasan adalah suatu proses keluar dan masuknya udara dalam paru-paru yang disertai dengan suatu keadaan pertukaran gas O2 dengan CO2.
2.    Pernapasan luar adalah proses penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secara keseluruhan.
3.    Pernapasan dalam adalah proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan sekitarnya.

·      Teknik Pemeriksaan Pernapasan
1.    Lihat
2.    Dengar
3.    Rasakan
Pada penderita sadar jangan sampai penderita mengetahui bahwa frekuensi pernapasannya sedang dihitung.
·      Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pengkajian Pernafasan :
1.    Frekuensi pernafasan
2.    Kedalaman pernafasan
3.    Irama pernafasan
4.    Difusi dan perfusi

·      Anatomi :
1.    Hidung
2.    Faring
3.    Laring
4.    Trakea
5.    Bronkus
6.    Bronkeulus
7.    Alveoli
8.    Paru – paru

·      Fisiologi :
Udara masuk kedalam rongga hidung, udara tersaring, dihangatkan dan dilembapkan. Partikel-partikel debu yang kasar dapat disaring oleh bulu-bulu hidung yang terdapat dalam lubang hidung sedangkan partikel halus akan terjerat dalam lapisan mukus sehingga udara yang sampai faring bebas debu dan bersuhu mendekati suhu tubuh serta dengan kelembaban 100 %. Udara yang telah mencapai trakea dan bila masih mengandung partikel debu akan ditangkap oleh sekret-sekret dan selanjutnya akan diteruskan kedalam paru-paru dan melalui pembuluh alveoli O2 dan CO2 tertukar dan terjadilah proses pernapasan.
·      Metode Perhitungan :
Satu pernapasan adalah satu kali menghirup napas dan satu kali mengeluarkan napas (satu kali gerakan nak turun). Pernapasan dihitung selama 30 detik lalu dikalikan 2 untuk mendapatkan frekuensi pernapasan tiap menit, pada keadaan normal mungkin pernapasan hanya dihitung selama 15 detik lalu hasilnya dikalikan 4
·      Kecepatan pernafasan
Beraneka ragam tergantung usia. Batas normalnya sekitar 12-16 kali penarikan napas per menit.

·      Frekuensi Napas Normal :
-       Bayi baru lahir           : ± 35 – 50 x/menit
-       Anak-anak     : 15 – 30 x/menit
-       Usia 2-12 tahun         : 18 – 26 x/menit
-       Dewasa                      : 16 – 20 x/menit. 
-       Takhipnea     : Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit 
-       Bradipnea      : Bila kurang dari 10 x/menit 
-       Apnea                        : Bila tidak bernapas.

·      Gangguan dalam pola nafas:
1.        Bradipneu   : Nafas teratur ,lambat secara tidak normal (pernafasan kurang dari 12 x/menit).
2.        Takipneu     : Nafas teratur,cepat secara tidak normal (pernafasan lebih dari 20 x/menit).
3.        Hiperneu     : Nafas sulit,dalam ,lebih dari 20 x/menit
4.        Apneu         : Nafas berhenti untuk beberapa detik
5.        Hiperventilasi : Frekuensi dan kedalaman nafas meningkat
6.        Hipoventilasi : Frekuensi nafas abnormal dalam kecepatan dan kedalaman
7.        Pernafasan Cheyne stoke : Frekuensi dan kedalamn nafas tidak teratur ditandai dengan periode apneu dan hiperventilasi yang berubah
8.        Pernafasan Kusmaul           : Pernafasan dalam secara tidak normal dalam frekuensi meningkat
9.        Pernafasan Bio : Nafas dangkal secara tidak normal diikuti oleh periode apneu yang tidak teratur.

·      Prosedur Kerja Pemeriksaan Pernapasan

v Pemeriksaan Pernapasan
Nilai pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui fungsi sistem pernapasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru dan pengaturan keseimbangan asam basa.
v Tujuan Tindakan
Ada beberapa tujuan dilakukannya pemeriksaan pernapasan, yaitu :
1.    Mengetahui frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan.
2.    Menilai kemampuan fungsi pernapasan.
v Persiapan Alat 
-   Arloji (jam) atau stop-watch
-   Buku catatan
-   Pena

v Prosedur Pelaksanaan
-   Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada orangtua pasien
-   Cuci tangan
-   Atur posisi pasien
-   Hitung frekuensi dan irama pernapasan
-   Catat hasil
-   Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
2.3 Pengukuran Berat Badan
1.Persiapan:
a.    Jelaskan pada ibu atau keluarga maksud dan tujuan dilaksanakan pemeriksaan.
b.    Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor generik, faktor lingkungan, sosial, faktor ibu dan perinatal, faktor neonatal.
c.    Susun alat secara ergonomis untuk memudahkan dalam bekerja.
d.    Cuci tangan.
e.    Letakkan bayi pada tempat yang rata.
Upayakan tempat pemeriksaan aman untuk menghindari bayi jatuh.

2.Cara pengukuran berat badan
I.  Pada bayi:
Periksa alat timbangan, letakkan kain atau kertas pelindung, seimbangkan dan atur skala  penimbangan ke titik nol sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi. Berat badan normal adalah 2500-3500 gram apabila BB kurang dari 2500 gram disebut bayi Premature dan apabila BB bayi lebih dari 3500 gram maka bayi disebut Macrosomia.
II.  Pada anak :
1.      Ketika alat timbang sudah menunjukkan angka 00.00 mintalah anak tersebut
untuk berdiri di tengah-tengah alat timbang.
2.       Pastikan posisi badan anak dalam keadaan berdiri tegak, mata/kepala lurus ke
arah depan, kaki tidak menekuk. Pewawancara dapat membantu anak tersebut
berdiri dengan baik di atas timbangan dan untuk mengurangi gerakan anak
yang tidak perlu yang dapat mempengaruhi hasil penimbangan.
3.      Setelah anak berdiri dengan benar, secara otomatis alat timbang akan
menunjukkan hasil penimbangan digital. Mintalah anak tersebut untuk turun
dulu dari timbangan dan pewawancara harus segera mencatat hasil
penimbangan tersebut

Pengukuran Panjang Badan
Persiapan:
a.          Tempelkan alat pengukur pada bagian dinding dengan bagian yang lebih panjang menempel di lantai dan bagian yang lebih pendek menempel di tembok. Tarik meteran pengukur ke atas hingga anda bisa melihat angka 0 pada garis merah dikaca pengukur yang menempel di lantai (anda harus berlutut untuk melihat angka 0 ini sehingga anda harus dibantu seseorang untuk menahan ujung atas meteran pengukur). Prosedur ini sangat penting untuk memastikan pengukuran yang akurat.
b.         Tempelkan ujung atas alat pengukur dengan menggunakan paku, pastikan kestabilan alat teresbut
c.          Setelah anda memastikan bahwa bagian atas sudah menempel dengan stabil maka meteran alat pengukur dapat anda tarik ke atas dan pengukuran tinggi siap dilakukan.

I.                   Pada bayi:
Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan bayi menggunakan pengukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan. Pegangi kepala dan lutut agar kaki tetap lurus. Baca hasil pengukuran sampai ketelitian 0,1 cm. Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur. Panjang badan normal adalah 45-50 cm.
II.                Pada anak bisa berdiri:
1.      Mintalah ibu si anak untuk melepaskan sepatu si anak dan melepaskan hiasan atau dandanan rambut yang mungkin dapat mempengaruhi hasil pengukuran TB anak.Mintalah si ibu untuk membawa anak tersebut ke papan ukur dan berlutut dihadapan si anak. Mintalah si ibu agar berlutut dengan kedua lutut di sebelah kanan si anak.
2.   Berlututlah anda dengan lutut sebelah kanan di sebelah kiri anak tersebut. Ini akan memberikan kesempatan maksimum kepada anda untuk bergerak.
3.   Tempatkan kedua kaki si anak secara merata dan bersamaan di tengah-tengah dan menempel pada alat ukur/dinding. Tempatkan tangan kanan anda sedikit di atas mata kaki si anak pada ujung tulang kering, tangan kiri anda pada lutut si anak dan dorong ke arah papan ukur/dinding. Pastikan kaki si anak lurus dengan tumit dan betis menempel di papan ukur/dinding.
4.   Mintalah si anak untuk memandang lurus ke arah depan atau kepada ibunya yang berdiri di depan si anak. Pastikan garis padang si anak sejajar dengan tanah. Dengan tangan kiri anda peganglah dagu si anak. Dengan perlahan-lahan ketatkan tangan anda.. Jangan menutupi mulut atau telinga si anak. Pastikan bahu si anak rata, dengan tangan di samping, dan kepala, tulang bahu dan pantat menempel dipapan ukur/dinding.
5.   Mintalah si anak untuk mengambil nafas panjang
6. Dengan tangan kanan anda, turunkan meteran alat pengukur hingga pas di atas kepala si anak. Pastikan anda menekan rambut si anak. Jika posisi si anak sudah betul, baca dan catatlah hasil pengukuran dengan desimal satu di belakang koma dengan melihat angka di dalam kaca pengukuran. Naikkan meteran dari atas kepala si anak dan lepaskan tangan kiri anda dari dagu si anak.




2.4 Antropometri
1. pengertian Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti manusia dan metros yang berarti ukuran. Antropometri dapat didefinisikan sebagai suatu studi tentang pengukuran tubuh manusia dalam hal dimensi tulang, otot, dan jaringan lemak. Dengan pengukuran antropometri ini akan diketahui tinggi badan, berat badan, dan ukuran badan aktual seseorang. Selanjutnya tinggi badan, berat badan dan ukuran tubuh (termasuk skinfolds dan circumferences) aktual seseorang ini dapat digunakan untuk tujuan menilai pertumbuhan dan distribusi lemak tubuh seseorang, serta dapat berguna sebagai data referensi.
Antropometri adalah metode untuk pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri dimasukkan sebagai alat fundamental dalam antropologi biologi, misalnya, dengan perbandingan morfologi antara populations.Anthropometry juga digunakan dalam ilmu medis. Makna biologis dan fungsional dimensi antropometrik banyak yang kurang dipahami. Sebuah contoh penggunaan antropometri, pengukuran ukuran tubuh anak-anak pada usia yang berbeda, dalam rangka untuk menjelaskan pengaruh gizi terhadap pertumbuhan.
Syarat-syarat yang mendasari penggunaan Antropometri yaitu:
1.    Alat mudah didapat dan digunakan
2.    Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif
3.    Pengukuran tidak selalu harus oleh tenaga khusus profesional, dapat oleh tenaga lain setelah mendapat pelatihan
4.    Biaya relatif murah
5.    Hasilnya mudah disimpulkan, memiliki cutt of point dan baku rujukan yang sudah pasti
6.    Secara ilmiah diakui kebenarannya.
Penggunaan Antropometri memiliki beberapa keunggulan, seperti:
1.      Prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel cukup besar
2.      Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli
3.      Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat
4.      Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan
5.      Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau
6.      Umumnya dapat mengidentifikasi status buruk, kurang dan baik, karena sudah ada ambang batas yang jelas
7.      Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya
8.      Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi
Selain memiliki keunggulan, penggunaan Antropometri juga memiliki beberapa kelemahan, seperti:
1.      Tidak sensitif, artinya tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat, tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu, misal Fe dan Zn
2.      Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri
3.      Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran
4.      Kesalahan terjadi karena: pengukuran, perubahan hasil pengukuran (fisik dan komposisi jaringan), analisis dan asumsi yang keliru
5.      Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan: latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat, kesulitan pengukuran.



2.      Pengukuran lingkar kepala
Dengan menggunakan pita ukur, kita dapat mengukur kepala bayi baru lahir yang normalnya adalah 35 cm. Pengukuran dimulai dari bregmake frontal melalui oksiput dan kembali ke semula. Selain itu juga perlu dinilai ubun – ubun, sutura, molase, pembengkakan daerah yang cekung.
Cara pengukuran kepala 1 :
·         Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi kedahi.
·         Letakkan pita melewati bagian oksiput yang paling menonjol dan tarik  pita mengelilingi bagian atas alis.
Cara pengukuran kepala 2 :
·         Periksalah bentuk dan ukuran fontanel anterior dengan menekan secara ringan pada area yang terbuka. Fontanel yang besar (diameternya melebihi 4-5 cm) kadang – kadang ditemukan pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan tapi dapat juga bersifat diagnostic pada tekanan intracranial meningkat secara kronik, hematom, hipotiroidi.
·         Pasien harus dalam keadaan duduk untuk dapat memeriksa fontanel yang tegang. Fontanel tegang dapat teraba jika bayi dalam posisi berbaring dan jika anak menangis tapi hanya pada saat melakukan ekspirasi. Penonjolan fontanel fisiologik ini akan menghilang jika pasien dalam keadaan istirahat atau inspirasi.
·         Lingkar kepala harus pula diukur. Lingkar kepala hampir sama atau sedikit lebih besar dari lingkar dada sampai anak berusia ± 2 tahun. Disporposi hebat antara lingkar kepala dan lingkar dada dapat menunjukkan adanya mikrosefali, makrosefali, atau hidrosefali.
·         Kraniotabes ditegakkan dengan menekan kulit kepala persis di belakang dan di atas telinga pada regio temporoparietalis atau parietooksipitalis. Sensasi perabaan seperti bola pingpong menunjukkan adanya kraniotabes. Kraniotabes menunjukkan pelunakan dari lapisan luar tulang kepala. Ditemukan pada bayi prematur, anak normal yang kurang dari 6 bulan, anak yang menderita sifilis, hipervitaminosis dan hidrosefalus.
·         Tanda macewen sering dicari keberadaannya tapi biasanya tidak mengandung arti klinis yang penting pada masa anak. Saat melakukan perkusi pada kepala dengan satu jari dapat didengar bunyi seperti bunyi “pot retak”. Bunyi ini adalah fisiologik selama fontanel dalam keadaan terbuka. Tapi jika fontanel tertutup, hal ini menandakan adanya peningkatan tekanan intrakranial atau dilatasi ventrikel otak.
tugas 1.jpg
Fungsi pengukuran kepala :
·         Dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan otak. Penilaian ini dapat dilihat apabila pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) maka menunjukkan adanya retardasi mental, sebaliknya apabila otaknya besar (volume kepalameningkat) akibat penyumbatan pada aliran cairan cerebrospinalis.



Peningkatanvolume :
§  6 -9 bulankehamilan = 3 gram/24 jam
§  Lahir-6 bulan = 2 gram/24 jam
§  blan- 3 tahun = 0,35 gram/24 jam
§  3-6 tahun = 0,15 gram/24 jam
3. Pengukuran lingkar dada
Pengukuran lingkar dada biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Hal ini dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan KEP (Kekurangan Energi Protein) pada anak balita.
Bentuk dada pada bayi hampir bulat dan pertumbuhannya dada akan membesar pada diameter transversal. Beberapa macam bentuk dada:
1.      Pectus exkavatum (funnel chest): sternum bagian bawah serta rawan iga masuk ke dalam, terutama pada saat inspirasi. Keadaan ini dapat merupakan kelainan kongenital, atau dapat disebabkan oleh hipertrofi adenoid yang berat. Pektus ekskavatum juga dapat terlihat pada sindrom Marfan atau Noonan.
2.      Pektus karinatum (pigeon chest, dada burung): sternum menonjol ke arah luar, biasanya dsertai dengan depresi vertikal pada daerah kostokondral; kelainan ini dapat terlihat pada rakitis, osteporosis, sindrom marfan, sindrom noonan dan penyakit morquio.
3.      Barrel chest, dada berbentuk bulat seperti tong, ditandai oleh sternum yang terdorong kearah depan dengan iga-iga horizontal; biasanya terdapat pada penyakit paru obstruktif kronik misalnya asma, fibrosis kistik, dan emfisema.
Alat pengukur lingkar dada adalah pita dari metal yang fleksibel, biasanya terbuat dari serat kaca (fiber glass), caranya yaitu:
1.      Pengukuran dilakukan saat bernapas biasa, pengukuran ini dilakukan pada posisi berdiri pda anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring,
2.      Siapkan pita pengukur,
3.      Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada, melalui puting susu dalam keadaan ekpirasi maksimal,
4.      Catat hasil pengukuran.

4. Pengukuran lingkar lengan atas
Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah dan cepat, tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh, dapat memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan:
a.       Status KEP pada balita
b.      KEK (Kekurangan Energi Karbohidrat) pada ibu hamil: risiko bayi BBLR 12
Lingkar lengan atas menggunakan alat: pita pengukur dari fiber glass atau sejenis kertas tertentu berlapis plastik.
Kelemahan menggunakan LLA:
a.       Baku LLA yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai     untuk digunakan di Indonesia.
Hal ini didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang umumnya menunjukkan perbedaan angka prevalensi KEP yang cukup berarti antar penggunaan LILA di satu pihak dengan berat bedan menurut umur atau berat menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di pihak lain.
b.      Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada TB.
Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan pengukur)relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LILA daripada tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada LILA dibandingkan dengan tinggi badan.
c.       Sensitif untuk suatu golongan tertentu, misalnya pada anak  prasekolah tetapi         kurang sensitif untuk golongan dewasa.

Ambang batas pengukuran LILA pada bayi berumur 0-30 hari yaitu ≥ 9,5 cm, sedangkan pada balita < 12,5 cm, Cara pengukuran adalah:
1.      Tentukan posisis pangkal bahu
2.      Lengan dalam keadaan bergantug bebas, tidak tertutup kain atau pakaian
3.      Tentukan possisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan kearah perut
4.      Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan menggunakan pita pengukur,
5.      Beri tanda dengan pulpen (sebelumnya minta izin pada pasien) perhatikan titik nolnya
6.      Lingkarkan pita sesuai dengan tanda pulpen disekeliling lengan sesuai tanda
7.      Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita
8.      Pita sitarik dengan perlahan jangan terlalu ketat atau longgar
9.      Baca angka yang ada ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LILA (kearah angka yang lebih besar)
10.  Tulis hasil pembacaan.
http://htmlimg3.scribdassets.com/6e9fjy2c1skmflc/images/29-181155c5cb.jpg

Cara mengukur Lingkaran Lengan Atas (LLA) denganmenggunakan pita pengukur

# Lingkaran Otot Lengan Atas (LOLA)
Ukuran lingkaran otot lengan atas (LOLA) yang dihitung berdasarkan tebal triseps dan ukuran LLA akan menghasilkan indeksmassa otot (simpanan protein tubuh). Pengukurannya dilakukan dalam sentimeter.

5. Pengukuran lingkar panggul
Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul harus dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan posisi pengukuran harus tepat. Perbedaan posisi pengukuran akan memberikan hasil yang berbeda. Seidell, dkk (1987) memberikan petunjuk bahwa rasio lingkar pinggang dan pinggul untuk perempuan adalah 0,77 cm dan 0,90 cm untuk laki-laki.
Cara pengukuran:
1.      Sediakan pita pengukur
2.      Pengukuran dilakukan pada bayi yang tidak menggunakan pakaian sehingga alat ukur dapat diletakkan dengan sempurna.
3.      Pengukuran dilakukan saat perut dalam keadaan rileks,
4.      Letakkan alat ukur melingkari panggul secara horizontal tanpa menekan kulit,
5.      Bacalah hasil pengukuran
KESIMPULAN
1.      Antropometri merupakan pengukuran, untuk mengetahui status gizi pada individu.
2.      Berbagai jenis ukuran tubuh dalam antopometri anatara lain: berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas, lingkar panggul.
3.      Pengukuran lingkar kepala normalnya adalah 33-35 cm, pengukuran lingkar dada normalnya adalah 30-33 cm. Apabila ditemukan diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada, maka bayi mengalami hidrosefalus dan apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada, maka bayi tersebut mengalami mikrosefalus.
4.      Lingkar lengan atas mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan:
·         Status KEP pada balita
·         KEK (Kekurangan Energi Karbohidrat) pada ibu hamil: risiko bayi BBLR 12
Perbedaan posisi saat melakukan pengukuran lingkar panggul akan memberikan hasil yang berbeda.





Daftar Pustaka
Ambarwati, Eny Retna dan Sunarsih, Tri. 2011. KDPK KEBIDANAN. Yogyagarta. Nuha Medika.
Auliyanah, Anna. 2 april 2012. “ Praktikum Gizi: Pengukuran    Antropometri”. http://auliyah-0210.blogspot.com. Diakses pada 6            januari 2013, pukul     12.53 WIB.
Barness, lewis A . 1994 . MANUAL DIAGNOSIS FISIK PADA ANAK .            Jakarta : Binarupa Aksara.
Danske, 2013. Antopometri. www.denstoredanske.dk. Diakses pada             tanggal 3 Januari 2013, pukul 06.52 WIB.
Hariani, Siti. 3 juni2009. “ Cara Pengukuran-pengukuran  Antopometri”.
http://keperawatanpediatrik.blogspot.com. Diakses pada 6 januari          2013, pukul 12.20 WIB.
K.M, Rohmah.,dkk .2012 .ASUHAN NEONATUS, BAYI, DAN BALITA          .Jakarta : EGC
Lakesma. 2013. Antopometri. http://lakesma.ub.ac.id. Diakses pada   tanggal 3 Januari 2013, pukul 06.45 WIB.
Latief, Abdul, Alan R Tumbelaka, dkk. 2000. Diagnosis Fisis pada Anak.        Jakarta: PT. Sagung Seto. 
Uliyah, Musrifatul, A. Azis Alimul Hidayat. 2006. Keterampilan Dasar            Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Wikipedia. 2013. Antopometrihttp://id.wikipedia.org. Diakses pada            tanggal 3 Januari 2013, pukul 06.41 WIB.
Zahra, faradiba. 2011.pengkajian-fisik-pada-bayi-baru-lahir. Html :   faraaraa.blogspot.com.
Zohri, Saipul. 26 oktober 2011. “ Antropometri pada Anak”.
http://kangsaipul.blogspot.com. Diakses pada 6 januari 2013, pukul       10.00 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah berkunjung di blog ini ^_^