BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Dewasa
ini, pemeriksaan fisik bukan sekedar anamnesa secara procedural. Akan
tetapi, observasi hingga pemeriksaan refleks menjadi tahapan yang perlu untuk
diperhatikan. Maka, penilaian apgar score perlu dilakukan untuk melengkapi
pemeriksaan fisik. Dari adaptasi, kemampuan refleks serta penilaian tanda akan
menjadi pelengkap dalam penilaian status kesehatan pada bay. Cairan amnion
dalam rangka penilaian jumlah volume akan membantu untuk memudahkan bidan atau
petugas kesehatan dalam mengukur keadaan bayi. Plasenta dan tali pusat juga
dilakukan pengecekan agar seluruh keadaan bayi dapat terdokumentasi secara detail.
Pada bayi, pengukuran antropometri bukan hanya untuk
mengetahui detail keadaan fisik bayi namun catatan untuk mempermudah bidan atau
petugas kesehatan dalam merangkum semua keadaan dalam praktik pelaksanaan
pemeriksaan fisik.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
·
Apakah yang dimaksud
dengan pemeriksaan fisik pada bayi?
·
Bagaimanakah procedural
dan pelaksanaan pemeriksaan fisik pada bayi
1.3 TUJUAN
PENULISAN
·
Mahasiswa mengerti
tentang pemeriksaan fisik pada bayi
·
Mahasiswa mengetahui
procedural serta mampu melaksanakan pemeriksaan fisik pada bayi
BAB II
PEMBAHASAN
PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik
yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk memastikan normalitas &
mendeteksi adanya penyimpangan dari normal serta
menilai status kesehatannya. Pengkajian ini dapat
ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap
kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan.
Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.
Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.
Tujuan dari Pemeriksaan Fisik
Tujuan Dari
Pemeriksaan Fisik adalah :
1.
Untuk menentukan status kesehatan klien
2.
Mengidentifikasi masalah
3.
Mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan
4.
Untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu mendapat
tindakan segera.
5.
Untuk menentukan data objektif dari riwayat keperawatan
klien.
Prinsip pemeriksaan fisik pada bayi
1.
Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta
persetujuan tindakan
2.
Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung
tangan
3.
Pastikan pencahayaan baik
4.
Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat,
buka bagian yangg akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah
lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat
5.
Periksa bayi secara sistematis dan
menyeluruh
Peralatan dan Perlengkapan :
a. Kapas
alkohol dalam tempatnya.
b. Bak instrumen
c. Handscoon
d. Tissue dalam
tempatnya
e. Senter
f. Termometer
g. Stetoskop
h. Tongs patel
i. Selimut
bayi
j. Bengkok
k. Timbangan bayi
l. Selimut
bayi
m. Bengkok
n. Timbangan bayi
o. Pita ukur/metlin
p. Timer
q. Pengukur panjang
badan
r. Buku
catatan
Prosedur
Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan
Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor lingkungan, sosial,faktor ibu (maternal), faktor perinatal, intranatal, dan neonatal
Susun alat secara ergonomis. Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan handuk bersih. Memakai sarung tangan. Letakkan bayi pada tempat yang rata.
Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan
Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor lingkungan, sosial,faktor ibu (maternal), faktor perinatal, intranatal, dan neonatal
Susun alat secara ergonomis. Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan handuk bersih. Memakai sarung tangan. Letakkan bayi pada tempat yang rata.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada
bayi baru lahir, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
1. Bayi
sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas atau
lepaskan pakaian hanya pada daerah yang di periksa.
2. Lakukan
prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang
memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru, jantung dan abdomen.
3. Lakukan
prosedur yang menggangu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada tahap akhir
bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya.
DIAGNOSIS FISIK PADA BAYI
Diagnosis fisik cara baku untuk diagnosa penyakit, Pemeriksaan penunjang (sederhana-canggih) tidak dapat menggantikan kedudukan diagnosis fisik, Urutan proses diagnostik tetap diawali anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis fisik cara baku untuk diagnosa penyakit, Pemeriksaan penunjang (sederhana-canggih) tidak dapat menggantikan kedudukan diagnosis fisik, Urutan proses diagnostik tetap diawali anamnesis dan pemeriksaan fisik.
2.1
ANAMNESIS
Wawancara langsung pasien (Autoanamnesis) atau orang lain (Heteroanamnesis)
dimana Diagnosis penyakit anak + 80 % dari anamnesis sehingga hal ini Merupakan bagian yang sangat penting dalam pemeriksaan klinis. Pemeriksa harus waspada akan terjadinya “Bias”. Menggunakan bahasa awam, Harus dilakukan pada saat yang tepat dan suasana yang memungkinkan. Heteroanamnesis dilakukan kepada orang yang dekat dengan anak. Pemeriksa harus bersikap empati, menyesuaikan diri dengan yang diwawancarai, Pada kasus gawat darurat anamnesis terbatas pada keadaan umum dan yang penting saja, anak harus segera ditolong, Anamnesis harus diarahkan oleh pemeriksa, supaya tidak ngelantur.
Dalam
melakukan anamnesis, pemeriksa harus berupaya agar tercipta suasana yang
kondusif agar orangtua, pengantar, atau pasiennya dapat mengemukakan keadaan
pasien dengan spontan, wajar, namun tidak berkepanjangan.
Anamnesis
biasanya dilakukan dengan wawancara secara tatap muka, dan keberhasilannya
untuk sebagian besar bergantung pada
kepribadian, pengalaman, dan kebijakan pemeriksa.
Langkah
– langkah dalam pembuatan anamnesis :
1. Identitas
pasien.
identitas ini diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar- benar anak yang dimaksud, dan tidak keliru dengan anak lain. Adapun yang harus ada dalam identitas, yaitu :
identitas ini diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar- benar anak yang dimaksud, dan tidak keliru dengan anak lain. Adapun yang harus ada dalam identitas, yaitu :
a) Nama.
b) Umur.
Umur
sebaiknya didapat dari tanggal lahir. Usia anak juga diperlukan untuk
menginterpretasi apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut normal sesuai
dengan umumnya
c) Jenis kelamin
d) Nama orang tua (ayah, ibu)
e) Alamat (lengkap)
f) Umur, Pendidikan Orang tua
g) Pekerjaan Orang tua
h) Suku bangsa
2.
Riwayat penyakit
a) Keluhan Utama
Keluhan yang menyebabkan anak dibawa berobat
Tidak selalu keluhan yang pertama diucapkan orang tua/pengantar
Keluhan utama harus sejalan dengan kondisi pasien dan kemungkinan diagnosis.
Keluhan yang menyebabkan anak dibawa berobat
Tidak selalu keluhan yang pertama diucapkan orang tua/pengantar
Keluhan utama harus sejalan dengan kondisi pasien dan kemungkinan diagnosis.
b) Riwayat Perjalanan
Penyakit
Disusun cerita yang kronologis terinci dan jelas. Dimulai dengan perincian keluhan utama. Diperinci mengenai gejala sebelum keluhan utama sampai anak berobat. Perlu ditanyakan perkembangan penyakit, kemungkinan terjadinya komplikasi, adanya gejala sisa, bahkan juga kecacatan. Dari riwayat ini diharapkan dapat diperoleh gambaran kearah kemungkinan diagnosis dan diagnosis banding.
Disusun cerita yang kronologis terinci dan jelas. Dimulai dengan perincian keluhan utama. Diperinci mengenai gejala sebelum keluhan utama sampai anak berobat. Perlu ditanyakan perkembangan penyakit, kemungkinan terjadinya komplikasi, adanya gejala sisa, bahkan juga kecacatan. Dari riwayat ini diharapkan dapat diperoleh gambaran kearah kemungkinan diagnosis dan diagnosis banding.
c) Perincian gejala mencakup
Lamanya keluhan
Terjadinya gejala-gejala mendadak, terus menerus, hilang timbul
Berat ringannya keluhan menetap, bertambah berat
Keluhan baru pertama atau pernah sebelumnya
Apakah ada saudara/serumah yang mempunyai keluhan sama
Upaya pengobatan yang dilakukan dan obat yang diberikan
Keluhan utama yang sering dijumpai: Panas badan, Sesak nafas, mencret, muntah, kejang, tidak sadar, bengkak, kuning, perdarahan
Dari riwayat penyakit diperoleh gambaran kemungkinan diagnosis dan diagnosis banding
Terjadinya gejala-gejala mendadak, terus menerus, hilang timbul
Berat ringannya keluhan menetap, bertambah berat
Keluhan baru pertama atau pernah sebelumnya
Apakah ada saudara/serumah yang mempunyai keluhan sama
Upaya pengobatan yang dilakukan dan obat yang diberikan
Keluhan utama yang sering dijumpai: Panas badan, Sesak nafas, mencret, muntah, kejang, tidak sadar, bengkak, kuning, perdarahan
Dari riwayat penyakit diperoleh gambaran kemungkinan diagnosis dan diagnosis banding
3. Riwayat
kehamilan.
Berikut
adalah hal – hal yang perlu ditanyakan, mengenai :
a) Kesehatan Ibu selama hamil.
b) Kunjungan antenatal.
c) Imunisasi TT.
d) Obat yang diminum.
e) Makanan ibu.
f)
Kebiasaan merokok, minuman keras.
4. Riwayat
kelahiran.
ihwal kelahiran pasien harus ditanyakan dengan teliti, termasuk tanggal dan tempat kelahiran, siapa yang menolong, masa kehamilan, cara kelahiran, keadaan setelah lahir (nilai APGAR), BB & Panjang badan Lahir, keadaan anak minggu I setelah lahir.
ihwal kelahiran pasien harus ditanyakan dengan teliti, termasuk tanggal dan tempat kelahiran, siapa yang menolong, masa kehamilan, cara kelahiran, keadaan setelah lahir (nilai APGAR), BB & Panjang badan Lahir, keadaan anak minggu I setelah lahir.
5. Riwayat
makanan.
Pada
anamnesis tentang riwayat makanan diharapkan dapat diperoleh keterangan tentang
makanan yang dikonsumsi oleh anak, baik dalam jangka pendek, maupun jangka
panjang. Kemudian dinilai apakah kualitas dan kuantitasnya, yaitu memenuhi
angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan.
Pada
bayi perlu diketahui susu apa yang diberikan : ASI ataukah pengganti air susu
ibu, atau keduanya.
6. Riwayat
imunisasi.
Status
imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun imunisasi ulangan (booster) harus
secara rutin ditanyakan, khususnya imunisasi BCG, DPT, polio, campak, dan
Hepatitis-B dll.
7. Riwayat
pertumbuhan.
Dilihat kurva BB terhadap Umur (KMS), dapat mendeteksi riwayat penyakit kronik.
Dilihat kurva BB terhadap Umur (KMS), dapat mendeteksi riwayat penyakit kronik.
8. Riwayat
perkembangan.
Ditanyakan patokan dalam perkembangan (Milestones) motorik kasar, motorik halus, sosial, bahasa
Ditanyakan patokan dalam perkembangan (Milestones) motorik kasar, motorik halus, sosial, bahasa
9. Riwayat
penyakit keluarga.
Penting untuk mendeteksi penyakit keturunan atau penyakit menular
Penting untuk mendeteksi penyakit keturunan atau penyakit menular
10. Riwayat
sosio ekonomi keluarga
Penghasilan Orang tua
Jumlah keluarga
Keadaan perumahan dan lingkungan
Kebersihan diri dan lingkungan.
Penghasilan Orang tua
Jumlah keluarga
Keadaan perumahan dan lingkungan
Kebersihan diri dan lingkungan.
2.1 Pengertian Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan
fisik adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk
menemukan tanda klinis penyakit. Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara
untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Tanda vital ini merupakan
indikator dari status kesehatan (menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi,
fungsi neural dan endokrin tubuh). Pengukuran TTV memberikan data dasar untuk
mengetahui respon terhadap stress fisiologi/psikologi, respon terapi medis dan
keperawatan, serta perubahan fisiologis.
Ada beberapa tujuan dilakukannya pemeriksaan tanda-tanda vital, yaitu :
1.
Pengukuran
suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.
2.
Mengetahui
denyut nadi (Irama, Frekuensi, dan Kekuatan)
3.
Menilai
kemampuan kardiovaskuler
4.
Mengetahui
frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan
5.
Menilai
kemampuan fungsi pernapasan
6.
Mengetahui
nilai tekanan darah.
Waktu
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital :
Dalam melakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital pada klien, ada beberapa ketentuan waktu sebagai berikut :
1.
Saat klien
masuk ke fasilitas kesehatan
2.
Di Rumah
Sakit / fasilitas kesehatan dengan jadwal rutin sesuai program
3.
Sebelum dan
sesudah prosedur bedah
4.
Sebelum dan
sesudah prosedur diagnostik invasive
5.
Sebelum dan
sesudah pemberian pengobatan yang mempengaruhi kanvas, respirasi & fungsi
kontrol suhu
6.
Saat keluhan
utama klien berubah
7.
Sebelum dan sesudah
intervensi keperawatan yang pengaruhi TTV
8.
Saat klien
melaporkan adanya distress fisik non spesifik
Jenis Pemeriksaan TTV
1.
Pemeriksaan
suhu tubuh
2.
Pemeriksaan
nadi
3.
Pemeriksaan
tekanan darah
4.
Pemeriksaan
pernapasan
Pemeriksaan
Suhu Tubuh
·
Landasan Teori :
Pemeriksaan
suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh, dimana tubuh
menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Keseimbangan suhu
harus diatur dalam pembuangan dan penyimpanannya di dalam tubuh yang diatur
oleh hipotalamus.
·
Pengertian :
Suhu
tubuh merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan hilangnya panas
dari tubuh ke lingkungan.
Produksi panas yang dihasilkan
tubuh antara lain berasal dari :
- Metabolisme
dari makanan (Basal Metabolic Rate)
-
Olahraga
-
Shivering atau kontraksi otot skelet
-
Peningkatan produksi hormon tiroksin (meningkatkan
metabolisme seluler)
-
Proses penyakit infeksi
-
Termogenesis kimiawi (rangsangan langsung dari
norepinefrin dan efinefrin atau dari rangsangan langsung simpatetik
· Proses Hilangnya Panas Tubuh :
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan
karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke
fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak
otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang
mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti
tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan
radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh. Dimana proses hilangnya panas tubuh ini terdiri dari:
1.
Radiasi
adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lain tanpa melalui kontak
langsung.
Contoh : orang berdiri didepan lemari es
yang terbuka.
2. Konduksi
adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lainnya melalui kontak
langsung,
Contoh : kontak langsung dengan es.
3. Konveksi
adalah pemindahan panas yang timbul akibat adanya pergerakan udara.
Contoh : udara
yang berdekatan dengan badan akan menjadi hangat.
4. Evaporisasi
adalah pemindahan panas yang terjadi melalui proses penguapan.
Contoh : pernapasan dan respiration dari kulit. Keringat meningkatkan pengeluaran panas tubuh.
1.
Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan
metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah
panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada
uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
2.
Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan
saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih
cepat. Di samping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat
yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme
lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini
dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan
norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
3.
Hormone pertumbuhan
Hormone
pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan
metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
4.
Hormone tiroid
Fungsi
tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia dalam tubuh
sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi
50-100% di atas normal.
5.
Hormone kelamin
Hormone
kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15%
kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi
suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone
progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3–x0,6°C di
atas suhu basal.
6.
Demam ( peradangan )
Proses
peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120%
untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
7.
Status gizi
Malnutrisi
yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini
terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk
mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah
mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan
lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak
merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan
kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
8.
Aktivitas
Aktivitas
selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar
komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas)
dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.
9.
Gangguan organ
Kerusakan
organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan
mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang
dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh.
Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat
menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
10.
Lingkungan
Suhu tubuh
dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang
atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya,
lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara
manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Suhu tubuh
normal sesuai tingkatan umur :
Umur
|
Suhu
(Derajat Celcius)
|
3
bulan
|
37,5
|
1
tahun
|
37,7
|
3
tahun
|
37,2
|
5
tahun
|
37,0
|
7
tahun
|
36,8
|
9
tahun
|
36,7
|
13
tahun
|
36,6
|
Nilai
standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat yaitu :
* Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C.
* Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5°C.
* Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 - 40°C.
* Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C.
·
Lokasi Pemeriksaan Suhu Tubuh :
Pengukuran
suhu tubuh dapat dilakukan dibeberapa tempat yaitu :
- Mulut (oral) : Suhu rata-rata 37°C. Pada area ini termotemer
didiamkan sekitar 2 - 3 menit.
Hindari pengukuran suhu tubuh dengan metode
oral dengan memasukkan termometer ke dalam mulut, hingga anak Anda berusia 4-5
tahun. Hingga usia tersebut bayi tidak dapat diam menahan termometer di bawah
lidahnya. Pengukuran suhu melalui oral juga tidak boleh dilakukan pada klien
dengan bedah / trauma oral, klien dengan epilepsy atau gemetar karena kedinginan,
pada bayi dan anak kecil yang menangis serta klien yang tidak sadar.
Gambar pemeriksaan suhu tubuh melalui mulut
(oral).
- Anus (rectal) : Suhu rata-rata 37,5°C. pada area ini termometer didiamkan sekitar 3 – 5 menit
Metode rektal memberikan hasil pengkuran yang paling akurat. Pada bayi
yang baru lahir metode ini merupakan metode yang paling vital. Hingga bayi Anda
berusia 3 bulan, Dokter mungkin akan mengukur suhu tubuhnya dengan metode ini.
Jika bayi memberontak saat diukur suhu tubuhnya, Anda bisa mengukur suhu
pertamanya dari bawah ketiak (aksila). Apabila
hasil pengkuran suhu tubuh dari bawah ketiak menunjukkan angka 37 derajat
celcius, segera lakukan metode rektal untuk memastikannya. Pemeriksaan ini
tidak boleh dilakukan pada klien dengan bedah / kelainan rectal, nyeri pada
area rectal / perdarahan, klien dengan berpenyakit kelamin, pada bayi baru
lahir.
- Ketiak (axilla) : Suhu
rata-rata 36,5°C. pada area ini termometer didiamkan sekitar 10 – 15 menit
Beberapa dokter merekomendasikan pengukuran suhu bayi di ketiaknya.
Metode ini sangat mudah, nyaman, dan aman, dan yang Anda butuhkan adalah
termometer digital biasa. Kelemahannya adalah bahwa pembacaan suhu tubuh dengan
metode aksila kurang akurat dibandingkan dengan metode lain. Pembacaan suhu
tubuh dari bawah ketiak (eksternal) dapat 2 derajat lebih rendah dari pembacaan
dubur (internal). Pemeriksaan ini tidak boleh dilakukan pada bayi atau klien
yang sangat kurus, klien dengan luka di ketiak.
Gambar pemeriksaan suhu
tubuh melalui ketiak (axila).
·
Alat Pengukur Suhu Tubuh :
Secara
umum pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer kaca (glass termometers) dan
termometer digital, Skala yang sering digunakan adalah termometer skala Celcius
( Centigrade) yang mempunyai skala dengan titik beku air 0 derajat Celcius dan
titik didih 100 derajat Celcius.
·
Prosedur
Kerja Pemeriksaan Suhu Tubuh
v Pengukuran Suhu
Nilai hasil
pemeriksaan suhu merupakan indikator untuk menilai keseimbangan antara
pembentukan dan pengeluaran panas. Nilai ini akan menunjukkan peningkatan bila
pengeluaran panas meningkat. Kondisi demikian dapat juga disebabkan oleh
vasodilatasi, berkeringat, hiperventilasi dan lain-lain. Demikian sebaliknya,
bila pembentukan panas meningkat maka nilai suhu tubuh akan menurun. Kondisi
ini dapat dilihat pada peningkatan metabolisme dan kontraksi otot. Pengukuran
suhu tubuh dapat dilakukan secara oral, rektal, dan aksila.
v Tujuan Tindakan
Pengukuran
suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.
v Persiapan
Alat
Alat-alat
yang harus dipersiapkan sebelum melaksanakan tindakan:
-
Termometer
air raksa ( aksila, oral dan rectal)
-
Tissu kering
-
Bengkok
-
Vaselin
(untuk pengkajian suhu rektal)
-
3 Jenis
botol :
1)
Berisi
larutan desinfektan lisol 2%
2)
Berisi
larutan sabun
3)
Berisi air
bersih
-
Kertas/tisu
-
Buku catatan
suhu
-
Sarung
tangan (handscond)
v Prosedur
Pelaksanaan
1.
Pemeriksaan suhu melalui oral :
-
Menjelaskan tujuan
dan prosedur pelaksanaan
-
Cuci tangan
-
Gunakan
sarung tangan (handscond)
-
Mengatur
posisi klien (duduk atau berbaring)
-
Turunkan
suhu pada termometer sampai angka 35°c
-
Tentukkan
letak bawah lidah
-
Letakkan
termometer di bawah lidah dan sejajar dengan gusi
-
Anjurkan
mulut dikatupkan selama 3-5 menit
-
Angkat dan
baca hasil (dalam membaca luruskan dan sejajarkan dengan mata pembaca kemudian
baca hasil dengan seksama sebatas mana air raksa berhenti)
-
Catat hasil
-
Bersihkan
termometer.
2. Pemeriksaan suhu melelui aksila :
-
Menjelaskan
tujuan dan prosedur pelaksanaan
-
Cuci tangan
-
Gunakan
sarung tangan (handscond)
-
Mengatur
posisi klien (duduk atau berbaring)
-
Turunkan
suhu pada termometer sampai angka 35°c
-
Letakkan
termometer pada daerah aksila kemudian suruh pasien menjepit sampai 3-5 menit.
-
Mencatat
hasil
-
Bersihkan termometer
3. Pemeriksaan suhu melalui rectal :
-
Menjelaskan
tujuan dan prosedur pelaksanaan
-
Cuci tangan
-
Gunakan
sarung tangan (handscond)
-
Atur posisi
dengan menyuruh pasien miring kiri
-
Turunkan
suhu pada termometer sampai angka 0°c dan oleskan vaslin secukupnya
-
Turunkan
pakaian pasien sampai bagian gluteal dan tetap menjaga privacy pasien.
-
Letakkan
telapak tangan pada sisi gluteal pasien dan masukkan termometer ke dalam
rectal, suruh pasien menahan sampai 3-5 menit dan usahakan jangan sampai
berubah posisi.
-
Setelah
selesai angkat termometer dan baca/catat hasil
-
Bersihkan
termometer
Pemeriksaan Denyut Nadi
·
Landasan Teori :
Denyut
ini dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan
disepanjang jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada tempat- tempat
tonjolan tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri.
· Pengertian
:
Denyut
nadi merupakan denyutan atau dorongan yang dirasakan dari proses pemompaan
jantung. Denyut nadi (pulse) adalah
getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel
kiri jantung.
· Tujuan mengetahui jumlah denyut nadi seseorang adalah:
* Untuk mengetahui kerja jantung
* Untuk menentukan diagnosa
* Untuk segera mengetahui adanya kelainan-kelainan pada seseorang
* Untuk mengetahui kerja jantung
* Untuk menentukan diagnosa
* Untuk segera mengetahui adanya kelainan-kelainan pada seseorang
·
Faktor Yang
Mempengaruhi Perubahan Nadi :
1.
Umur dan jenis kelamin
2.
Cemas dan stres : Nyeri akut dan ansietas meningkatkan
stimulasi simpatik, mempengaruhi frekuensi jantung
3.
Penyakit terutama penyakit Cardio Vascular
4.
Suhu : Suhu meningkat maka nadi akan meningkat
5.
Aktifitas dan olah raga : meningkatkan RR (pernafasan)
6.
Obat-obatan
: Obat kronotopik positif (epineprin akan meningkatkan nadi)
7.
Perdarahan :
Kehilangan darah akan meningkatkan stimulasi simpatik sehingga meningkatkan
nadi.
8.
Perubahan
postur tubuh : Dari berbaring ke duduk kemudian berdiri akan meningkatkan nadi
9.
Gangguan
paru-paru : Penyakit mengakibatkan oksigenasi buruk sehingga nadi meningkat
10. Makanan dan minuman
Jumlah denyut
nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
- Bayi baru lahir : 140 kali per menit
- Umur di bawah umur 1 bulan : 110 kali per menit
- Umur 1 – 6 bulan : 130 kali per menit
- Umur 6 – 12 bulan : 115 kali per menit
- Umur 1 – 2 tahun : 110 kali per menit
- Umur 2 – 6 tahun : 105 kali per menit
- Umur 6 – 10 tahun : 95 kali per menit
- Umur 10 – 14 tahun : 85 kali per menit
- Umur 14 – 18 tahun : 82 kali per menit
- Umur di atas 18 tahun : 60 – 100 kali per menit
- Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit
- Bayi baru lahir : 140 kali per menit
- Umur di bawah umur 1 bulan : 110 kali per menit
- Umur 1 – 6 bulan : 130 kali per menit
- Umur 6 – 12 bulan : 115 kali per menit
- Umur 1 – 2 tahun : 110 kali per menit
- Umur 2 – 6 tahun : 105 kali per menit
- Umur 6 – 10 tahun : 95 kali per menit
- Umur 10 – 14 tahun : 85 kali per menit
- Umur 14 – 18 tahun : 82 kali per menit
- Umur di atas 18 tahun : 60 – 100 kali per menit
- Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit
Jika jumlah
denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut pradicardi.
Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.
Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.
Denyut nadi pada saat tidur
yaitu :
a. Bayi baru lahir : 100 – 180 x/menit
b. Usia 1 minggu – 3 bulan : 100 – 220 x/ menit
c. Usia 3 bulan – 2 tahun :80 – 150 x/menit
d. usia 10 –21 tahun :60 – 90 x/menit
e. Usia lebih dari 21 tahun : 69 – 100 x/menit
a. Bayi baru lahir : 100 – 180 x/menit
b. Usia 1 minggu – 3 bulan : 100 – 220 x/ menit
c. Usia 3 bulan – 2 tahun :80 – 150 x/menit
d. usia 10 –21 tahun :60 – 90 x/menit
e. Usia lebih dari 21 tahun : 69 – 100 x/menit
·
Lokasi Pemeriksaan Nadi :
Pada
umumnya ada 9 tempat untuk merasakan denyut nadi yaitu temporalis, karotid,
apikal, brankialis, femoralis, radialis, poplitea, dorsalis pedis dan tibialis
posterior, namun yang paling sering dilakukan yaitu:
1. Arteri radialis : Pada
pergelangan tangan
Terletak
sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba diatas pergelangan tangan pada
sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin.
2. Arteri Brankialis : Pada
lipatan siku
Terletak
di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku (fossa
antekubital). Digunakan untuk mengukur
tekanan darah dan kasus cardiac arrest pada infant.
3. Arteri Karotid : Pada leher
Terletak
dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri karotid berjalan diantara trakea dan otot sternokleidomastoideus.
Sering digunakan untuk bayi, kasus cardiac arrest dan untuk memantau sirkulasi
darah ke otak.
Frekuensi
denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang
mempengaruhinya, pada saat aktifitas normal :
Normal :
60 – 100 x / menit,
Bradikardi
: < 60 x / menit
Takhikardi
: > 100. x / menit
· Alat Yang Digunakan
Untuk Memeriksa Nadi :
1.
Stethoscope (auskultasi)
2.
Jari-jari tangan (palpasi)
· Prosedur perhitungan :
1. Hitung nadi selama 1 menit
2.
Bila perhitungan selama 15 detik
maka dikalikan 4
3.
Bila pertingan selama 30 menit maka
dikalikan 2
4.
Perhitungan perkalian hanya
dilakukan pada frekuensi nadi yang teratur
· Prosedur Kerja Pemeriksaan Denyut Nadi
v Pemeriksaan Denyut Nadi
Nilai denyut nadi merupakan indikator untuk menilai sistem
kardiovaskular. Denyut nadi dapat diperiksa dengan mudah menggunakan jari
tangan (palpasi) atau dapat juga dilakukan dengan alat elektronik yang
sederhana maupun canggih. Pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan pada daerah
arteri radialis pada pergelangan tangan, arteri brakhialis pada siku bagian
dalam, arteri karotis pada leher, arteri temporalis, arteri femoralis, arteri
dorsalis pedis, dan pada arteri frontalis pada bayi.
v Tujuan Tindakan
Ada
beberapa tujuan dilakukannya pemeriksaan denyut nadi, yaitu :
1.
Mengetahui denyut nadi (irama,
frekuensi, dan kekuatan)
2.
Menilai kemampuan fungsi
kardiovaskular
v Persiapan Alat
-
Arloji (jam) atau stop-watch
-
Buku catatan nadi
-
Pena
v Prosedur Pelaksanaan
-
Jelaskan prosedur pada klien
-
Cuci tangan
-
Atur posisi pasien
-
Letakkan kedua lengan
telentang di sisi tubuh
-
Tentukan letak arteri (denyut
nadi yang akan dihitung)
-
Periksa denyut nadi (arteri)
dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Tentukan
frekuensinya per menit dan keteraturan irama, dan kekuatan denyutan
-
Catat hasil
-
Cuci tangan setelah prosedur
dilakukan
Pemeriksaan
Tekanan Darah
·
Landasan
Teori :
Pemeriksaan
tekanan darah diperoleh dari pengkuran pada sirkulasi arteri. Aliran darah
akibat pemompaan jantung menimbulkan gelombang yaitu gelombang tinggi yang
disebut tekanan sistole dan gelombang pada titik terendah yang disebut tekanan
diastole atau istirahat. Satuan Tekanan darah dinyatakan dalam millimeter air
raksa (mmHg).
Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan
pada lengan kanan, kecuali pada lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan
sistolik dan diastolik disebut tekanan
denyut.
Di Indonesia, tekanan darah biasanya
diukur dengan tensimeter air raksa
Tidak
ada nilai tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung berdasarkan rentang
nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi
saat itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang
tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat,
tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada nilai
sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi.
·
Pengertian
:
Tekanan
darah adalah kecepatan aliran darah persatuan dinding pada pembuluh darah yang
diberikan oleh darah yang mengalir.
·
Faktor
Yang Mempengaruhi Perubahan Tekanan Darah :
1.
Tahanan perifer : Pada dilatasi pembuluh darah &
tahanan turun ,tekanan darah akan turun
2. Gerakan memompa oleh jantung
3. Volume darah : Bila volume meningkat, tekanan darah akan meningkat
4. Viskositas darah : Semakin kental
darah akan meningkatkan tekanan darah
5. Elastisitas dinding pembuluh darah :
Penurunan elastisitas pembuluh darah akan meningkatkan tekanan darah
6. Kekentalan darah
7. Latihan fisik
8. Posisi tubuh
9. Makanan, minuman dan obat – obatan
10.
Lingkungan
11.
Emosi
Tekanan darah pada dewasa:
Ø
Normal : <120 mmHg / <80 mmHg
Ø
Prehipertensi : 120-139 mmHg / 80-89
mmHg
Ø
Hipertensi stadium I : 140-159 mmHg / 90-99mmHg
Ø
Hipertensi stadium II: >160 mmHg / > 100 mmHg
Tekanan darah pada bayi:
Ø
Pada umur 1 tahun : 102 mmHg / 55
mmHg
Ø
Pada umur 5 tahun :112 mmHg / 69
mmHg
Ø
Pada usia 10 tahun :119 mmHg / 78
mmHg
· Tekanan
Darah Abnormal :
-
Hipertensi :
Tekanan sistole > 130 mmHg, diastole
> 90 mmHg
-
Hipotensi :
Tekanan sistole < 90 mmHg, diastole > 60 mmHg
-
Hipotensi
ortostatik postural : Penurunan Tekanan Darah saat bergerak dari posisi duduk
ke berdiri disertai pusing, berkunang-kunang sampai pingsan.
Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
- Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg
- Usia 1 – 6 bulan : 90/60 mmHg
- Usia 6 – 12 bulan : 96/65 mmHg
- Usia 1 – 4 tahun : 99/65 mmHg
- Usia 4 – 6 tahun : 160/60 mmHg
- Usia 6 – 8 tahun : 185/60 mmHg
- Usia 8 – 10 tahun : 110/60 mmHg
- Usia 10 – 12 tahun : 115/60 mmHg
- Usia 12 – 14 tahun : 118/60 mmHg
- Usia 14 – 16 tahun : 120/65 mmHg
- Usia 16 tahun ke atas : 120/75 mmHg
- Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg
·
Lokasi
Pemeriksaan :
1.
Lengan : Sebaiknya lengan kiri
karena dekat dengan jantung dan hindari penempatan manset pada lengan yang
terpasang infus, terpasang shun arterivena, lengan yang mengalami fistula,
trauma dan tertutup gip/balutan.
2. Pergelangan
kaki bagian atas
·
Alat
Yang Digunakan :
1.
Stethoscope,
bagian-bagiannya terdiri dari : gagang, selang penghubung, bel dan diafragma
2.
Sphygmanometer
(sphygmomanometer merkuri (air
raksa), aneroid, atau elektronik/digital), bagiannya tediri dari
: manometer air raksa dan klep pembuka penutup, manset, pengisi udara, selang
dari karet, pompa udara dari karet dan secrup pembuka penutup.
Saat memeriksa tekanan
darah, ada dua angka yang biasanya disebut misalnya 120/80. Yang
dimaksud angka-angka tersebut, yaitu :
· Sistolik : Angka
pertama (120) yaitu tekanan darah sistolik, yaitu tekanan
saat jantung berdenyut atau berdetak (sistol). Sering disebut tekanan atas.
Angka ini menunjukkan tekanan darah ketika jantung sedang memompa darah, yaitu
ketika darah keluar dari jantung menuju ke pembuluh darah.
· Diastolik : Angka
pertama (80) yaitu tekanan darah diastolik, yaitu tekanan
saat jantung beristirahat di antara saat pemompaan. Sering disebut tekanan
bawah. Angka ini menunjukkan tekanan darah ketika jantung dalam keadaan relaks
(istirahat), yaitu ketika darah dari pembuluh darah kembali mengisi ruang
jantung.
Tekanan
Darah
|
Sistolik
(angka
pertama)
|
Diastolik
(angka
kedua)
|
Darah
rendah (hipotensi)
|
<
90
|
<
60
|
Normal
|
90
– 120
|
60
– 80
|
Pre-hipertensi
|
120
-140
|
80
– 90
|
Darah
tinggi (hipertensi stadium 1)
|
140
- 160
|
90
- 100
|
Darah
tinggi (hipertensi stadium 2 / berbahaya)
|
>
160
|
>
100
|
Setelah mengetahui tekanan darah, untuk mengetahui
apakah tekanan darah Anda termasuk rendah, normal atau tinggi. Berikut ini
penggolongan tekanan darah berdasarkan angka hasil pengukuran dengan tensimeter
untuk tekanan sistolik dan diastolik :
· Prosedur Kerja Pemeriksaan Tekanan
Darah
Pemeriksaan
Tekanan Darah
Nilai
tekanan darah merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskular bersamaan
dengan pemeriksaan nadi. Pemeriksaan tekanan darah dapat diukur dengan dua
metode, yaitu metode langsung : metode yang menggunakan kanula atau jarum yang
dimasukkan ke dalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer. Metode
ini merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan tekanan darah, tetapi
memerlukan persyaratan dan keahlian khusus, metode tak langsung : metode yang
menggunakan sphygmomanometer. Pengukuran tak langsung ini menggunakan dua cara,
yaitu palpasi yang mengukur tekanan sistolik dan auskultasi yang dapat mengukur
tekanan sistolik dan diastolik dan cara ini memerlukan alat stetoskop. lengan Untuk
menentukan tekanan darah dengan tepat harus diperhatikan ukuranmanset yang
sesuai, manset harus dapat mengembang paling sedikit 2/3 keliling lingkaran
lengan : 1. Neonatus 5 cm 2. Anak >5 tahun 12 cm. Sedangkan manset yang
tersedia biasanya 23 cm.
v Tujuan Tindakan
Mengetahui nilai tekanan darah.
v Persiapan Alat
-
Sphygmomanometer
(tensimeter) yang terdiri dari : manometer air raksa + klep penutup dan
pembuka, manset udara slang karet, pompa udara dari karet + sekrup pembuka dan
penutup
-
Stetoskop
-
Buku catatan
tanda vital
-
Pena
v Prosedur Pelaksanaan
-
Cuci
tangan
-
Terangkan
pada orangtua bayi tentang prosedur yang akan dilakukan dan tujuan dilakukan
pengukuran tekanan darah
-
Berikan
pada pasien posisi yang nyaman ( berbaring / duduk ) bila pasien duduk salah
satu tangan diletakkan di atas meja (tangan kanan dengan posisi flexi dan
sejajar dengan jantung)
-
Palpasi
daerah arteri brachialis
-
Pastikan
bahwa manset tidak ada udara, kemudian pasang manset di atas arteri brachialis
± 2,5 cm (di atas denyutan )
-
Letakkan
manometer (tabung air raksa sejajar dengan mata)
-
Untuk
memulai mengukur tekanan darah, buka dahulu kait yang terletak dibawah tabung
air raksa ke arah kanan.
-
Palpasi
daerah arteri radialis dan temukan denyutan. Tutup katup pemompa dengan kencang
kemudian pompa sampai tidak teraba denyutan pada arteri radialis tambahkan ± 30
mmHg.
-
Pasang
stetoskop pada telinga dan letakkan di arteri brachialis
-
Buka
katup pemompa secara perlahan-lahan dengan waktu ± 30 detik/ 2-3 mmHg.
-
Dengar
bunyi I dan pada angka berapa bunyi I terdengar
-
Lanjutkan
sampai bunyi II terdengar
-
Ulangi
pengukuran dengan selang waktu 30 menit
-
Catat
hasil pengukuran dan bereskan alat
-
Cuci
tangan
2.4.4 Pemeriksaan Pernafasan
· Landasan Teori :
Seseorang dikatakan bernapas bila menghirup oksigen
(O2) dan mengeluarkan karbon dioksida (CO2) melalui sistim pernapasan. Bernapas
dapat dalam dan dapat pula dangkal. Pernapasan yang dalam akan mempunyai volume
udara yang besar, baik pada waktu tarik napas/inspirasi/inhalasi atau pada
waktu mengeluarkan napas/ekspirasi/ekshalasi. Sedangkan pada pernapasan dangkal
maka volume udara akan mengecil.
· Pengertian :
1. Pernapasan adalah suatu
proses keluar dan masuknya udara dalam paru-paru yang disertai dengan suatu
keadaan pertukaran gas O2 dengan CO2.
2.
Pernapasan
luar adalah proses penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari
tubuh secara keseluruhan.
3.
Pernapasan
dalam adalah proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan
sekitarnya.
· Teknik Pemeriksaan Pernapasan
1. Lihat
2.
Dengar
3.
Rasakan
Pada penderita sadar jangan sampai
penderita mengetahui bahwa frekuensi pernapasannya sedang dihitung.
· Hal Yang
Perlu Diperhatikan Dalam Pengkajian Pernafasan :
1. Frekuensi pernafasan
2. Kedalaman pernafasan
3. Irama pernafasan
4. Difusi dan perfusi
· Anatomi :
1. Hidung
2.
Faring
3.
Laring
4.
Trakea
5.
Bronkus
6.
Bronkeulus
7.
Alveoli
8.
Paru – paru
· Fisiologi :
Udara
masuk kedalam rongga hidung, udara tersaring, dihangatkan dan dilembapkan.
Partikel-partikel debu yang kasar dapat disaring oleh bulu-bulu hidung yang
terdapat dalam lubang hidung sedangkan partikel halus akan terjerat dalam
lapisan mukus sehingga udara yang sampai faring bebas debu dan bersuhu
mendekati suhu tubuh serta dengan kelembaban 100 %. Udara yang telah mencapai
trakea dan bila masih mengandung partikel debu akan ditangkap oleh
sekret-sekret dan selanjutnya akan diteruskan kedalam paru-paru dan melalui
pembuluh alveoli O2 dan CO2 tertukar dan terjadilah
proses pernapasan.
· Metode Perhitungan :
Satu pernapasan adalah satu kali
menghirup napas dan satu kali mengeluarkan napas (satu kali gerakan nak turun).
Pernapasan dihitung selama 30 detik lalu dikalikan 2 untuk mendapatkan
frekuensi pernapasan tiap menit, pada keadaan normal mungkin pernapasan hanya
dihitung selama 15 detik lalu hasilnya dikalikan 4
·
Kecepatan pernafasan
Beraneka ragam tergantung
usia. Batas normalnya sekitar 12-16 kali penarikan napas per menit.
· Frekuensi Napas Normal :
-
Bayi
baru lahir : ± 35 – 50 x/menit
- Anak-anak : 15 – 30 x/menit
- Usia 2-12 tahun : 18 – 26 x/menit
- Dewasa : 16 – 20 x/menit.
- Takhipnea : Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24
x/menit
- Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit
- Apnea : Bila tidak bernapas.
· Gangguan
dalam pola nafas:
1.
Bradipneu : Nafas teratur ,lambat secara tidak normal (pernafasan
kurang dari 12 x/menit).
2.
Takipneu : Nafas teratur,cepat secara tidak normal
(pernafasan lebih dari 20 x/menit).
3.
Hiperneu : Nafas sulit,dalam ,lebih dari 20 x/menit
4.
Apneu : Nafas berhenti untuk beberapa detik
5.
Hiperventilasi
: Frekuensi dan kedalaman nafas meningkat
6.
Hipoventilasi
: Frekuensi nafas abnormal dalam kecepatan dan kedalaman
7.
Pernafasan
Cheyne stoke : Frekuensi dan kedalamn nafas tidak teratur ditandai dengan
periode apneu dan hiperventilasi yang berubah
8.
Pernafasan
Kusmaul : Pernafasan dalam
secara tidak normal dalam frekuensi meningkat
9.
Pernafasan
Bio : Nafas dangkal secara tidak normal diikuti oleh periode apneu yang tidak
teratur.
·
Prosedur
Kerja Pemeriksaan Pernapasan
v Pemeriksaan Pernapasan
Nilai
pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui fungsi
sistem pernapasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan
karbon dioksida dalam paru dan pengaturan keseimbangan asam basa.
v Tujuan Tindakan
Ada beberapa tujuan dilakukannya pemeriksaan
pernapasan, yaitu :
1. Mengetahui frekuensi, irama, dan
kedalaman pernapasan.
2. Menilai kemampuan fungsi pernapasan.
v
Persiapan
Alat
-
Arloji (jam)
atau stop-watch
-
Buku catatan
-
Pena
v Prosedur Pelaksanaan
-
Jelaskan
prosedur yang akan dilakukan pada orangtua pasien
-
Cuci tangan
-
Atur posisi
pasien
-
Hitung
frekuensi dan irama pernapasan
-
Catat hasil
-
Cuci tangan
setelah prosedur dilakukan
2.3 Pengukuran Berat Badan
1.Persiapan:
a.
Jelaskan pada ibu atau keluarga maksud dan tujuan dilaksanakan
pemeriksaan.
b. Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor generik, faktor
lingkungan, sosial, faktor ibu dan perinatal, faktor neonatal.
c. Susun alat secara ergonomis untuk memudahkan dalam bekerja.
d. Cuci tangan.
e. Letakkan bayi pada tempat yang rata.
Upayakan
tempat pemeriksaan aman untuk menghindari bayi jatuh.
2.Cara
pengukuran berat badan
I. Pada bayi:
Periksa alat timbangan, letakkan kain atau kertas pelindung,
seimbangkan dan atur skala penimbangan
ke titik nol sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan
pembungkus bayi. Berat badan normal adalah 2500-3500 gram apabila BB kurang
dari 2500 gram disebut bayi Premature dan apabila BB
bayi lebih dari 3500 gram maka bayi disebut Macrosomia.
II.
Pada anak :
1.
Ketika alat timbang sudah menunjukkan angka
00.00 mintalah anak tersebut
untuk
berdiri di tengah-tengah alat timbang.
2.
Pastikan posisi badan anak dalam keadaan
berdiri tegak, mata/kepala lurus ke
arah depan,
kaki tidak menekuk. Pewawancara dapat membantu anak tersebut
berdiri
dengan baik di atas timbangan dan untuk mengurangi gerakan anak
yang tidak
perlu yang dapat mempengaruhi hasil penimbangan.
3.
Setelah anak berdiri dengan benar, secara
otomatis alat timbang akan
menunjukkan hasil penimbangan digital.
Mintalah anak tersebut untuk turun
dulu dari timbangan dan
pewawancara harus segera mencatat hasil
penimbangan tersebut
Pengukuran
Panjang Badan
Persiapan:
a.
Tempelkan alat pengukur pada bagian dinding
dengan bagian yang lebih panjang menempel di lantai dan bagian yang lebih
pendek menempel di tembok. Tarik meteran pengukur ke atas hingga anda bisa
melihat angka 0 pada garis merah dikaca pengukur yang menempel di lantai (anda
harus berlutut untuk melihat angka 0 ini sehingga anda harus dibantu seseorang
untuk menahan ujung atas meteran pengukur). Prosedur ini sangat penting untuk
memastikan pengukuran yang akurat.
b.
Tempelkan ujung atas alat pengukur dengan
menggunakan paku, pastikan kestabilan alat teresbut
c.
Setelah anda memastikan bahwa bagian atas
sudah menempel dengan stabil maka meteran alat pengukur dapat anda tarik ke
atas dan pengukuran tinggi siap dilakukan.
I.
Pada bayi:
Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan bayi
menggunakan pengukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan
bayi diluruskan.
Pegangi kepala dan lutut agar kaki tetap lurus. Baca hasil pengukuran sampai
ketelitian 0,1 cm. Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur.
Panjang badan normal adalah 45-50 cm.
II.
Pada anak bisa berdiri:
1.
Mintalah ibu si anak untuk melepaskan
sepatu si anak dan melepaskan hiasan atau dandanan rambut yang mungkin dapat
mempengaruhi hasil pengukuran TB anak.Mintalah si ibu untuk membawa anak
tersebut ke papan ukur dan berlutut dihadapan si anak. Mintalah si ibu agar
berlutut dengan kedua lutut di sebelah kanan si anak.
2. Berlututlah anda dengan lutut sebelah kanan di
sebelah kiri anak tersebut. Ini akan memberikan kesempatan maksimum kepada anda
untuk bergerak.
3. Tempatkan kedua kaki si anak secara merata
dan bersamaan di tengah-tengah dan menempel pada alat ukur/dinding. Tempatkan
tangan kanan anda sedikit di atas mata kaki si anak pada ujung tulang kering,
tangan kiri anda pada lutut si anak dan dorong ke arah papan ukur/dinding.
Pastikan kaki si anak lurus dengan tumit dan betis menempel di papan
ukur/dinding.
4. Mintalah si anak untuk memandang lurus ke arah
depan atau kepada ibunya yang berdiri di depan si anak. Pastikan garis padang
si anak sejajar dengan tanah. Dengan tangan kiri anda peganglah dagu si anak.
Dengan perlahan-lahan ketatkan tangan anda.. Jangan menutupi mulut atau telinga
si anak. Pastikan bahu si anak rata, dengan tangan di samping, dan kepala,
tulang bahu dan pantat menempel dipapan ukur/dinding.
5. Mintalah si anak untuk mengambil nafas panjang
6. Dengan
tangan kanan anda, turunkan meteran alat pengukur hingga pas di atas kepala si
anak. Pastikan anda menekan rambut si anak. Jika posisi si anak sudah betul,
baca dan catatlah hasil pengukuran dengan desimal satu di belakang koma dengan
melihat angka di dalam kaca pengukuran. Naikkan meteran dari atas kepala si
anak dan lepaskan tangan kiri anda dari dagu si anak.
2.4 Antropometri
1. pengertian Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti
manusia dan metros yang
berarti ukuran. Antropometri dapat didefinisikan sebagai suatu studi tentang
pengukuran tubuh manusia dalam hal dimensi tulang, otot, dan jaringan lemak.
Dengan pengukuran antropometri ini akan diketahui tinggi badan, berat badan,
dan ukuran badan aktual seseorang. Selanjutnya tinggi badan, berat badan dan
ukuran tubuh (termasuk skinfolds dan circumferences)
aktual seseorang ini dapat digunakan untuk tujuan menilai pertumbuhan dan
distribusi lemak tubuh seseorang, serta dapat berguna sebagai data referensi.
Antropometri adalah
metode untuk pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri dimasukkan sebagai
alat fundamental dalam antropologi biologi, misalnya, dengan perbandingan
morfologi antara populations.Anthropometry juga digunakan dalam ilmu medis. Makna
biologis dan fungsional dimensi antropometrik banyak yang kurang dipahami.
Sebuah contoh penggunaan antropometri, pengukuran ukuran tubuh anak-anak pada
usia yang berbeda, dalam rangka untuk menjelaskan pengaruh gizi terhadap
pertumbuhan.
Syarat-syarat
yang mendasari penggunaan Antropometri yaitu:
1.
Alat mudah didapat dan digunakan
2.
Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah
dan objektif
3.
Pengukuran tidak selalu harus oleh tenaga khusus
profesional, dapat oleh tenaga lain setelah mendapat pelatihan
4.
Biaya relatif murah
5.
Hasilnya mudah disimpulkan, memiliki cutt of point dan
baku rujukan yang sudah pasti
6.
Secara ilmiah diakui kebenarannya.
Penggunaan
Antropometri memiliki beberapa keunggulan, seperti:
1.
Prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam
jumlah sampel cukup besar
2.
Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli
3.
Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan
dibuat di daerah setempat
4.
Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan
5.
Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di
masa lampau
6.
Umumnya dapat mengidentifikasi status buruk, kurang dan
baik, karena sudah ada ambang batas yang jelas
7.
Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode
tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya
8.
Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan
terhadap gizi
Selain memiliki keunggulan,
penggunaan Antropometri juga memiliki beberapa kelemahan, seperti:
1.
Tidak sensitif, artinya tidak dapat mendeteksi status
gizi dalam waktu singkat, tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu,
misal Fe dan Zn
2.
Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan
penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran
antropometri
3.
Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat
mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran
4.
Kesalahan terjadi karena: pengukuran, perubahan hasil
pengukuran (fisik dan komposisi jaringan), analisis dan asumsi yang keliru
5.
Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan: latihan
petugas yang tidak cukup, kesalahan alat, kesulitan pengukuran.
2.
Pengukuran lingkar kepala
Dengan
menggunakan pita ukur, kita dapat mengukur kepala bayi baru lahir yang
normalnya adalah 35 cm. Pengukuran dimulai dari bregmake frontal melalui oksiput
dan kembali ke semula. Selain itu juga perlu dinilai ubun – ubun, sutura,
molase, pembengkakan daerah yang cekung.
Cara
pengukuran kepala 1
:
·
Pengukuran dilakukan dari
dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi kedahi.
·
Letakkan pita melewati bagian
oksiput yang paling menonjol dan tarik
pita mengelilingi bagian atas alis.
Cara
pengukuran kepala 2 :
·
Periksalah bentuk dan
ukuran fontanel anterior dengan menekan secara ringan pada area yang terbuka.
Fontanel yang besar (diameternya melebihi 4-5 cm) kadang – kadang ditemukan
pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan tapi dapat juga bersifat diagnostic
pada tekanan intracranial meningkat secara kronik, hematom, hipotiroidi.
·
Pasien harus dalam keadaan
duduk untuk dapat memeriksa fontanel yang tegang. Fontanel tegang dapat teraba
jika bayi dalam posisi berbaring dan jika anak menangis tapi hanya pada saat
melakukan ekspirasi. Penonjolan fontanel fisiologik ini akan menghilang jika
pasien dalam keadaan istirahat atau inspirasi.
·
Lingkar kepala harus
pula diukur. Lingkar kepala hampir sama atau sedikit lebih besar dari lingkar
dada sampai anak berusia ± 2 tahun. Disporposi hebat antara lingkar kepala dan
lingkar dada dapat menunjukkan adanya mikrosefali, makrosefali, atau
hidrosefali.
·
Kraniotabes ditegakkan
dengan menekan kulit kepala persis di belakang dan di atas telinga pada regio
temporoparietalis atau parietooksipitalis. Sensasi perabaan seperti bola
pingpong menunjukkan adanya kraniotabes. Kraniotabes menunjukkan pelunakan dari
lapisan luar tulang kepala. Ditemukan pada bayi prematur, anak normal yang
kurang dari 6 bulan, anak yang menderita sifilis, hipervitaminosis dan
hidrosefalus.
·
Tanda macewen sering
dicari keberadaannya tapi biasanya tidak mengandung arti klinis yang penting
pada masa anak. Saat melakukan perkusi pada kepala dengan satu jari dapat
didengar bunyi seperti bunyi “pot retak”. Bunyi ini adalah fisiologik selama
fontanel dalam keadaan terbuka. Tapi jika fontanel tertutup, hal ini menandakan
adanya peningkatan tekanan intrakranial atau dilatasi ventrikel otak.
Fungsi
pengukuran kepala :
·
Dapat digunakan untuk
menilai pertumbuhan otak. Penilaian ini dapat dilihat apabila pertumbuhan otak kecil
(mikrosefali) maka menunjukkan adanya retardasi mental, sebaliknya apabila otaknya
besar (volume kepalameningkat) akibat penyumbatan pada aliran cairan cerebrospinalis.
Peningkatanvolume
:
§ 6
-9 bulankehamilan = 3 gram/24 jam
§ Lahir-6
bulan = 2 gram/24 jam
§ blan-
3 tahun = 0,35 gram/24 jam
§ 3-6
tahun = 0,15 gram/24 jam
3.
Pengukuran lingkar dada
Pengukuran
lingkar dada biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2-3 tahun, karena rasio
lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini,
tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Hal ini
dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan atau kelemahan otot
dan lemak pada dinding dada. Ini dapat digunakan sebagai indikator dalam
menentukan KEP (Kekurangan Energi Protein) pada anak balita.
Bentuk dada
pada bayi hampir bulat dan pertumbuhannya dada akan membesar pada diameter
transversal. Beberapa macam bentuk dada:
1.
Pectus
exkavatum (funnel chest): sternum bagian bawah serta rawan
iga masuk ke dalam, terutama pada saat inspirasi. Keadaan ini dapat merupakan
kelainan kongenital, atau dapat disebabkan oleh hipertrofi adenoid yang berat.
Pektus ekskavatum juga dapat terlihat pada sindrom Marfan atau Noonan.
2.
Pektus
karinatum (pigeon chest, dada burung): sternum menonjol ke arah luar,
biasanya dsertai dengan depresi vertikal pada daerah kostokondral; kelainan ini
dapat terlihat pada rakitis, osteporosis, sindrom marfan, sindrom noonan dan
penyakit morquio.
3.
Barrel chest, dada
berbentuk bulat seperti tong, ditandai oleh sternum yang terdorong kearah depan
dengan iga-iga horizontal; biasanya terdapat pada penyakit paru obstruktif
kronik misalnya asma, fibrosis kistik, dan emfisema.
Alat
pengukur lingkar dada adalah pita dari metal yang fleksibel, biasanya terbuat
dari serat kaca (fiber glass), caranya yaitu:
1.
Pengukuran dilakukan saat bernapas
biasa, pengukuran ini dilakukan pada posisi berdiri pda anak yang lebih besar,
sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring,
2.
Siapkan pita pengukur,
3.
Lingkarkan pita pengukur pada daerah
dada, melalui puting susu dalam keadaan ekpirasi maksimal,
4.
Catat hasil pengukuran.
4. Pengukuran lingkar lengan atas
Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status
gizi, karena mudah, murah dan cepat, tidak memerlukan data umur yang terkadang susah
diperoleh, dapat memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan
lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas mencerminkan cadangan energi,
sehingga dapat mencerminkan:
a. Status KEP
pada balita
b. KEK
(Kekurangan Energi Karbohidrat) pada ibu hamil: risiko bayi BBLR 12
Lingkar lengan atas menggunakan alat: pita pengukur
dari fiber glass atau sejenis kertas tertentu berlapis plastik.
Kelemahan menggunakan LLA:
a. Baku LLA
yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia.
Hal ini
didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang umumnya menunjukkan perbedaan angka
prevalensi KEP yang cukup berarti antar penggunaan LILA di satu pihak dengan
berat bedan menurut umur atau berat menurut tinggi badan maupun indeks-indeks
lain di pihak lain.
b.
Kesalahan pengukuran relatif lebih
besar dibandingkan pada TB.
Kesalahan
pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan pengukur)relatif lebih
besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan gizi
kurang, lebih sempit pada LILA daripada tinggi badan. Ini berarti kesalahan
yang sama besar jauh lebih berarti pada LILA dibandingkan dengan tinggi badan.
c. Sensitif
untuk suatu golongan tertentu, misalnya pada anak prasekolah tetapi kurang sensitif untuk golongan dewasa.
Ambang batas pengukuran LILA pada bayi berumur 0-30
hari yaitu ≥ 9,5 cm, sedangkan pada balita < 12,5 cm, Cara pengukuran
adalah:
1. Tentukan
posisis pangkal bahu
2.
Lengan dalam keadaan bergantug
bebas, tidak tertutup kain atau pakaian
3.
Tentukan possisi ujung siku dengan cara
siku dilipat dengan telapak tangan kearah perut
4.
Tentukan titik tengah antara pangkal
bahu dan ujung siku dengan menggunakan pita pengukur,
5.
Beri tanda dengan pulpen (sebelumnya
minta izin pada pasien) perhatikan titik nolnya
6.
Lingkarkan pita sesuai dengan tanda
pulpen disekeliling lengan sesuai tanda
7.
Masukkan ujung pita di lubang yang
ada pada pita
8.
Pita sitarik dengan perlahan jangan
terlalu ketat atau longgar
9.
Baca angka yang ada ditunjukkan oleh
tanda panah pada pita LILA (kearah angka yang lebih besar)
10. Tulis hasil
pembacaan.
Cara mengukur Lingkaran Lengan Atas (LLA)
denganmenggunakan pita pengukur
# Lingkaran Otot Lengan Atas (LOLA)
Ukuran lingkaran otot lengan atas (LOLA) yang
dihitung berdasarkan tebal triseps dan ukuran LLA akan menghasilkan indeksmassa
otot (simpanan protein tubuh). Pengukurannya dilakukan dalam sentimeter.
5. Pengukuran lingkar panggul
Pengukuran
lingkar pinggang dan pinggul harus dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan
posisi pengukuran harus tepat. Perbedaan posisi pengukuran akan memberikan
hasil yang berbeda. Seidell, dkk (1987) memberikan petunjuk bahwa rasio lingkar
pinggang dan pinggul untuk perempuan adalah 0,77 cm dan 0,90 cm untuk
laki-laki.
Cara
pengukuran:
1.
Sediakan pita pengukur
2.
Pengukuran dilakukan pada bayi yang tidak
menggunakan pakaian sehingga alat ukur dapat diletakkan dengan sempurna.
3.
Pengukuran dilakukan saat perut
dalam keadaan rileks,
4.
Letakkan alat ukur melingkari
panggul secara horizontal tanpa menekan kulit,
5.
Bacalah hasil pengukuran
KESIMPULAN
1. Antropometri merupakan pengukuran, untuk
mengetahui status gizi pada individu.
2. Berbagai jenis ukuran tubuh dalam
antopometri anatara lain: berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar
dada, lingkar lengan atas, lingkar panggul.
3.
Pengukuran lingkar kepala
normalnya adalah 33-35 cm, pengukuran lingkar dada normalnya adalah 30-33 cm.
Apabila ditemukan diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada, maka bayi
mengalami hidrosefalus dan apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari
lingkar dada, maka bayi tersebut mengalami mikrosefalus.
4.
Lingkar lengan atas mencerminkan
cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan:
·
Status KEP pada balita
·
KEK (Kekurangan Energi Karbohidrat)
pada ibu hamil: risiko bayi BBLR 12
Perbedaan
posisi saat melakukan pengukuran lingkar panggul akan memberikan hasil yang
berbeda.
Daftar Pustaka
Ambarwati, Eny Retna dan Sunarsih, Tri. 2011. KDPK KEBIDANAN. Yogyagarta. Nuha Medika.
Auliyanah,
Anna. 2 april 2012. “ Praktikum Gizi: Pengukuran Antropometri”. http://auliyah-0210.blogspot.com. Diakses pada 6 januari 2013, pukul 12.53 WIB.
Barness,
lewis A . 1994 . MANUAL DIAGNOSIS FISIK
PADA ANAK . Jakarta :
Binarupa Aksara.
Danske,
2013. “Antopometri”. www.denstoredanske.dk. Diakses pada tanggal 3 Januari
2013, pukul 06.52 WIB.
Hariani,
Siti. 3 juni2009. “ Cara Pengukuran-pengukuran
Antopometri”.
http://keperawatanpediatrik.blogspot.com. Diakses pada 6 januari 2013, pukul 12.20 WIB.
K.M,
Rohmah.,dkk .2012 .ASUHAN NEONATUS, BAYI,
DAN BALITA .Jakarta : EGC
Lakesma.
2013. “Antopometri”. http://lakesma.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 3 Januari 2013, pukul 06.45 WIB.
Latief,
Abdul, Alan R Tumbelaka, dkk. 2000. Diagnosis
Fisis pada Anak. Jakarta:
PT. Sagung Seto.
Uliyah,
Musrifatul, A. Azis Alimul Hidayat. 2006. Keterampilan
Dasar Praktik
Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
Wikipedia.
2013. “Antopometri”. http://id.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 3 Januari 2013, pukul 06.41 WIB.
Zahra, faradiba. 2011. “pengkajian-fisik-pada-bayi-baru-lahir”. Html : faraaraa.blogspot.com.
Zohri,
Saipul. 26 oktober 2011. “ Antropometri pada Anak”.
http://kangsaipul.blogspot.com. Diakses pada 6 januari 2013, pukul 10.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah berkunjung di blog ini ^_^