TUGAS MATA KULIAH PERILAKU DAN SOFT SKILL KESEHATAN
Dosen Pembimbing: Ibu Sriami Spd., M.Kes
Teori Perilaku Sakit
Disusun Oleh:
1.
Ika Novita Sari (P27824112007 / 07)
2.
Da’imaturrahmawati (P27824112008 / 08)
3.
Vikri Shafira P. (P27824112009 / 09)
4.
Anastasia W. (P27824112010 / 10)
5.
Nurhalimah (P27824112011 / 11)
6.
Diyandari Robbi A (P27824112014 / 12)
SEMESTER III / REGULER
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN
KEBIDANAN
PRODI
KEBIDANAN KAMPUS SUTOMO SURABAYA
2013-2014
KATA PENGANTAR
Assalamu a’laikum Wr. Wb.
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Perilaku Sakit”. Terselesaikannya penyusunan makalah
ini berkat bantuan dari beberapa pihak oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan setinggi – tingginya kepada yang terhormat:
1.
Ibu Sriami Spd., M.Kes selaku
dosen pembimbing mata kuliah Perilaku dan Soft Skill
Kesehatan.
2. Rekan – rekan yang membantu
menyelesaikan makalah ini.
Secara
khusus penulis menyampaikan terimakasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis,
baik selama perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Harapan
kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan para pembaca.
Akhir kata kami
sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita, Amien.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Surabaya, 30
Oktober 2013
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rendahnya
utilisasi (pengunaan) fasilitas kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit dan
sebagainya, seringkali kesalahan atau penyebabnya dilemparkan kepada faktor
jarak antara fasilitas tersebut dengan masyarakat yang terlalu jauh (baik jarak
secara fisik maupun secara social), tarif yang tinggi, pelayanan yang tidak
memuaskan dan sebagainya.
Pada
kenyataannya di dalam masyarakat terdapat beraneka ragam konsep sehat – sakit yang
diberikan oleh pihak provider atau penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Timbulnya
perbedaan konsep sehat – sakit yang diberikan oleh pihak penyelenggara
pelayanan kesehatan disebabkan adanya persepsi sakit yang berbeda antara
masyarakat dan provider. Ada perbedaan persepsi yang berkisar antara penyakit (disease)
dengan illness (rasa sakit).
Penyakit
(disease) adalah suatu bentuk reaksi biologis terhadap suatu organisme, benda
asing atau luka (injury). Hal ini adalah suatu fenomena yang objektif yang
ditandai oleh perubahan fungsi – fungsi tubuh sebagai organisme biologis. Sedangkan
sakit (illnes) adalah penilaian seseorang terhadap penyakit sehubungan dengan
pengalaman yang langsung dialaminya. Hal ini merupakan fenomena subjektif yang
di tandai dengan perasaan tidak enak (feeling unwell).
Dari
batasan kedua pengertian atau istilah yang berbeda tersebut, tampak adanya
perbedaan konsep sehat – sakit yang kemudian akan menimbulkan permasalahan
konsep sehat – sakit di dalam masyarakat. Secara objektif seseorang terkena
penyakit, salah satu organ tubuhnya terganggu fungsinya namun, dia tidak merasa
sakit. Atau sebaliknya, seseorang merasa sakit bila merasakan sesuatu di dalam
tubuhnya, tetapi dari pemeriksaan klinis tidak diperoleh bukti bahwa ia sakit.
Suatu konsep sehat
masyarakat, yaitu bahwa sehat adalah orang yang dapat bekerja atau dapat
menjalankan pekerjaannya sehari-hari, dan keluar konsep sakit, di mana
dirasakan oleh seseorang yang sudah tidak dapat bangkit dari tempat tidurnya,
tidak dapat menjalankan pekerjaanya sehari-hari.
Persepsi
masyarakat tentang sakit yang notabene merupakan konsep sehat-sakit masyarakat
berbeda pada tiap kelompok masyarakat. Konsep kelompok masyarakat yang satu
berbeda dengan konsep sehat-sakit kelompok yang lain. Untuk itu maka tiap-tiap
unit pelayanan kesehatan komunitas perlu mencari sendiri konsep sehat-sakit
masyarakat yang dilayaninya. Untuk itu penelitian tentang aspek-aspek social
budaya kesehatan sangat diperlukan oleh tiap unit pelayanan kesehatan
komonitas. Jelasnya tiap-tiap puskesmas perlu menggumpulkan data social budaya
masyarakat yang dilayani guna meningkatkan jangkauan pelayanannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, rumusan masalah dari makalah yaitu:
1. Apa
yang dimaksud dengan Persepsi?
2. Apa
yang dimaksud Perilaku Sakit?
3. Bagaimana
teori tentang Perilaku sakit?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Agar para pembaca
khususnya tenaga medis dapat mengetahui Teori Perilaku Sakit.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian
Persepsi dan Perilaku Sakit.
2.
Mahasiswa dapat menjelaskan Teori
Perilaku Sakit.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
2.1
Pengertian
2.1.1 Batasan Persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang
penting bagi
manusia
dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya.
Persepsi
mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan
ekstern.
Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang
persepsi,
walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut
Kamus
Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan)
langsung
dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui
panca
inderanya.
Sugihartono, dkk (2007:
8) mengemukakan bahwa persepsi adalah
kemampuan
otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk
menerjemahkan
stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi
manusia
terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang
mempersepsikan
sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi
negatif
yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.
Bimo Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi
merupakan
suatu
proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang
diterima
oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti,
dan
merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon sebagai
akibat
dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam 10
bentuk.
Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu
tergantung
pada perhatian individu yang bersangkutan. Berdasarkan hal
tersebut,
perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman yang
dimiliki
individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus,
hasil persepsi mungkin
akan berbeda antar individu satu dengan individu lain.
Gibson, dkk (1989) dalam buku
Organisasi Dan Manajemen Perilaku, Struktur; memberikandefinisi persepsi adalah
proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami
dunia sekitarnya (terhadap obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi
merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena
itu, setiap individu memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun
objeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada
situasi itu sendiri.
2.1.2 Batasan
Perilaku Sakit
Perilaku sakit adalah sebuah
tingkah laku yang mengarah pada keabnormal baik fisik, fisiologis dan
psikologis. Dalam kajian ilmu psikologi, perilaku sakit adalah sebuah peran
yang berbeda dengan perilaku sehat. Dan konteks budaya, perilaku sakit
mempunyai arti yang berbeda.
Menurut Suchman (Sarwono, 2004),
ada lima macam reaksi/perilaku dalam mencari proses pengobatan sewaktu sakit.
Kelima
rekasi perilaku sakit itu adalah:
1.
Shoping atau proses mencari
beberapa sumber yang berbeda dari medical care untuk satu persoalan atau yang
lain, meskipun tujuannya adalah untuk mencari dokter yang akan mendiagnosis dan
mengobati yang sesuai harapan.
2.
Fragmentation atau proses
pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama.
3.
Procrastination atau
penundaan pencarian pengobatan sewaktu gejala sakit dirasakan.
4.
Self Medication
atau mengobati sendiri dengan berbagai ramuan atau membelinya diwarung obat.
5.
Discontuinity atau proses
tidak melanjutkan (menghentikan pengobatan)
Menurut Hendrik L. Blum faktor–faktor yang berpengaruh terhadap derajat
kesehatan digambarkan sebagai berikut:
Dari
skema diatas, dapat dilihat bahwa perilaku manusia mempunyai kontribusi, yang
apabila dianalisa lebih lanjut kontribusinya lebih besar. Sebab disamping
berpengaruh langsung terhadap kesehatan, juga berpengaruh tidak langsung
melalui lingkungan terutama lingkungan buatan manusia, sosio budaya, serta
faktor fasilitas kesehatan. Faktor perilaku ini juga berpengaruh terhadap
faktor keturunan. Karena perilaku manusia terhadap lingkungan dapat menjadikan
pengaruh yang negatif terhadap kesehatan dan karena perilaku manusia pula maka
fasilitas kesehatan disalah gunakan oleh manusia yang akhirnya berpengaruh
terhadap status kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
2.2 TEORI PERILAKU SAKIT MECHANICS
Mechanics melakukan pendekatan social untuk mempelajari perilaku sakit. Pendekatan ini di hubungkan dengan teori konsep diri, definisi situasi, efek dari anggota grup dalam kesehatan dan efek birokrasi.
Teori ini menekankan pada 2 faktor:
a. Pesepsi atau define oleh individu pada suatu situasi.
b. Kemampuan individu melawan keadaan yang berat.
Faktor ini digunakan untuk menjelaskan tentang sakit dan cara untuk mengatasinya, tetapi orang lain dengan kondisi yang lebih ringan justru mengalami kesulitan sosial dan psiokologis.
Mechanics menjelaskan variasi-variasi dalam perilaku sakit, yaitu perilaku yang berhubungan dengan kondisi yang menyebabkan seseorang menaruh perhatian terhadap gejala-gejala pada dirinya kemudian mencari pertolongan.
Mechanics melakukan pendekatan social untuk mempelajari perilaku sakit. Pendekatan ini di hubungkan dengan teori konsep diri, definisi situasi, efek dari anggota grup dalam kesehatan dan efek birokrasi.
Teori ini menekankan pada 2 faktor:
a. Pesepsi atau define oleh individu pada suatu situasi.
b. Kemampuan individu melawan keadaan yang berat.
Faktor ini digunakan untuk menjelaskan tentang sakit dan cara untuk mengatasinya, tetapi orang lain dengan kondisi yang lebih ringan justru mengalami kesulitan sosial dan psiokologis.
Mechanics menjelaskan variasi-variasi dalam perilaku sakit, yaitu perilaku yang berhubungan dengan kondisi yang menyebabkan seseorang menaruh perhatian terhadap gejala-gejala pada dirinya kemudian mencari pertolongan.
2.2.1 Tujuan Mempelajari
Perilaku Sakit
Di dalam mempelajari perilaku sakit, ada dua tujuan yang ingin di capai, yaitu:
a. Agar dapat menjelaskan perilaku sakit seseorang maka harus dimengerti factor- faktor fisik, social, dan mental yang menghasilkan kondisi sakit. Dengan kata lain, pertanyaan tentang bagaimana tanggapan individu tentang sakit, yaitu bagaimana dia mendapatkannya pada saat permulaan atau pertanyaan tentang sebab sakit.
b. Menentukan factor yang bertanggung jawab terhadap variasi penerimaan gejala penyakit yang mengikuti gajala-gejala ini dengan sakitnya dan reaksi terhadap penyakit. Selanjutnya Mechanics mengajukan 2 pertanyaan penting untuk dibahas, yakni etiologi sakit dan etiologi perilaku sakit. Dalam uraian selanjutnya ia hanya membahas etiologi perilaku sakit.
Dalam uraian selanjutnya Mechanics hanya membahas etiologi perilaku sakit. Menurutnya banyak factor atau variable yang menyebabkan seseorang bereaksi terhadap sakit, yatu:
Di dalam mempelajari perilaku sakit, ada dua tujuan yang ingin di capai, yaitu:
a. Agar dapat menjelaskan perilaku sakit seseorang maka harus dimengerti factor- faktor fisik, social, dan mental yang menghasilkan kondisi sakit. Dengan kata lain, pertanyaan tentang bagaimana tanggapan individu tentang sakit, yaitu bagaimana dia mendapatkannya pada saat permulaan atau pertanyaan tentang sebab sakit.
b. Menentukan factor yang bertanggung jawab terhadap variasi penerimaan gejala penyakit yang mengikuti gajala-gejala ini dengan sakitnya dan reaksi terhadap penyakit. Selanjutnya Mechanics mengajukan 2 pertanyaan penting untuk dibahas, yakni etiologi sakit dan etiologi perilaku sakit. Dalam uraian selanjutnya ia hanya membahas etiologi perilaku sakit.
Dalam uraian selanjutnya Mechanics hanya membahas etiologi perilaku sakit. Menurutnya banyak factor atau variable yang menyebabkan seseorang bereaksi terhadap sakit, yatu:
1.
Dapat dilihat, dapat
dikenali atau dirasakan menonjol dari gejala dan tanda – tanda yang menyimpang.
2.
Banyaknya gejala-gejala yang di anggap serius
(perkiraan kemungkinan bahaya).
3.
Banyaknya gejala yang menyebabkan putusnya
hubungan keluarga , pekerjaan dan aktifitas yang lain.
4.
Frekuensi dari gejala
dan tanda-tanda yang tampak, persistensinya dan frekuensi yang timbulnya.
5.
Nilai ambang dari mereka yang terkena.
6.
Informasi, pengetahuan, dan asumsibudaya , dan
pengertian-pengertian dari yang menilai.
7.
Kebutuhan dasar (basic need) yang menyebabkan
perilaku.
8.
Kebutuhan yang bersaing dengan merespons
sakit.
9.
Perbedaan interprestasi yang mungkin terhadap
gejala yang di kenalnya.
10. Tersedianya sumber
daya , kedekatan fisik, biaya (juga biaya dalam soial-ekonomi,jarak sosial) dan
sebagainya.
Sepuluh variabel tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi 4 kategori umum.
·
Variabel 1,
2 dan 6 sesuai dengan parsepsi dan menonjolnya gejala yang akan lebih
ditentukan oleh orientasi medis dan warisan sosio kultural dari individu.
Individu yang mengenal dan sudah diajari melawan suatu penyakit/gejala akan
bereaksi terhadap gejala berbeda dengan yang belum mengenalnya.
·
Variabel 3,
4 dan 5 berhubungan dengan hilang dan menetapnya gejala.
·
Variabel 7,
8 dan 9 berhubungan dengan kebutuhan untuk mengatasi dan alternatif untuk
menginterpretasikan gejala yang hilang. Sedangkan variabel ke 10 adalah
pengarah faktor sosial psikologis dalam merespon sakit (penyakit).
2.2.2
Dua Tingkat Analisis Teori Mechanic
Di samping 10 variabel tersebut, mechanics membahas adanya dua tingkat anlisis yang dipengaruhi oleh 10 variabel tersebut.
Di samping 10 variabel tersebut, mechanics membahas adanya dua tingkat anlisis yang dipengaruhi oleh 10 variabel tersebut.
1.
Tingkat pertama
Batasan dari orang lain yang merefrensikan kepada proses dimana orang lain selain si sakit mengenal gejala sakit individu dan mengatakan bahwa orang tersebut sakit dan perlu perawatan.
Batasan dari orang lain yang merefrensikan kepada proses dimana orang lain selain si sakit mengenal gejala sakit individu dan mengatakan bahwa orang tersebut sakit dan perlu perawatan.
2. Tingkat kedua
Batasan sendiri, mengenal gejala penyakitnya dan menentukan pencarian pertolongan sendiri . Menurut mechanics, analisis dengan orang-orang di luar dirinya, yaitu dengnan orang lain, cenderung menantang definisi bahwa orang lain berusaha memaksa dirinya dan menyebabkan perlunya dorongan untuk mencari pengobotan.
Hal yang penting dalam suatu analisis perilaku sakit adalah pola reaksi sosio-kultural yang dipelajari suatu saat ketika individu dihadapkan kepada gejala penyakit sehinga gejala-gejala itu akan dikenal, dinilai, ditimbang, kemudian bereaksi atau tidak tergantung atas defenisi individu atas situasi itu. Definisi terhadap definisi itu ditentukan oleh warisan social.
Batasan sendiri, mengenal gejala penyakitnya dan menentukan pencarian pertolongan sendiri . Menurut mechanics, analisis dengan orang-orang di luar dirinya, yaitu dengnan orang lain, cenderung menantang definisi bahwa orang lain berusaha memaksa dirinya dan menyebabkan perlunya dorongan untuk mencari pengobotan.
Hal yang penting dalam suatu analisis perilaku sakit adalah pola reaksi sosio-kultural yang dipelajari suatu saat ketika individu dihadapkan kepada gejala penyakit sehinga gejala-gejala itu akan dikenal, dinilai, ditimbang, kemudian bereaksi atau tidak tergantung atas defenisi individu atas situasi itu. Definisi terhadap definisi itu ditentukan oleh warisan social.
2.3 KELEMAHAN TEORI
MECHANICS
Kelemahan dari teori ini adalah bahwa meskipun teori mechanics telah mengembangkan scope perilaku sakit, termasuk individu yang sakit, tetapi tidak mencari pengobatan, dan mengidentifikasikan sepuluh factor pengambilan keputusan dalam proses mencari pertolongan. Teori ini perlu kejelasan dan pengujian lebih lanjut. Kelemahan-kelemahan lain teori ini diantaranya sebagai berikut:
Kelemahan dari teori ini adalah bahwa meskipun teori mechanics telah mengembangkan scope perilaku sakit, termasuk individu yang sakit, tetapi tidak mencari pengobatan, dan mengidentifikasikan sepuluh factor pengambilan keputusan dalam proses mencari pertolongan. Teori ini perlu kejelasan dan pengujian lebih lanjut. Kelemahan-kelemahan lain teori ini diantaranya sebagai berikut:
1)
Tentang nature/atau
sifat dari ketergantungan antara 10 variabel belum dispesifikasikan. Mendektesi bagaimana
keputusan individu saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya adalah penting
untuk mengetahui perilaku sakit.
2)
Teori umum ini belum di uji secra keseluruhan
sehingga hasilnya tidak mungkin dijajaki validitas empirisnya
meskipunkelihatannya memang beralasan.
3)
Meskipun teori mencari pengobatan telah
dikembangkan tetapi belum dapat diterapkan pada perilaku sehat, terutama pada
segi pencegahan. Tetapi dengan sedikit modifikasi dapat di terapkan.
4)
Terkonsentrasi kepada proses pembuatan
keputusan untuk mencari atau tidak mencari penggobatan tetapi tidak terhadap
proses kontak pertama individu dengan petugas.
2.4
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SAKIT
1. Faktor
Internal
a. Persepsi individu terhadap gejala dan sifat
sakit yang dialami
Klien
akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu rutinitas
kegiatan sehari-hari. Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit punggung, jika
ia merasa hal tersebut bisa membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia
akan segera mencari bantuan.
Akan tetapi persepsi seperti
itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang takut
mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak
mau mencari bantuan.
b. Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana
gejala relatif singkat dan berat serta mungkin mengganggu fungsi pada seluruh
dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera mencari pertolongan dan
mematuhi program terapi yang diberikan.
Sedangkan pada penyakit
kronik biasany berlangsung lama (>6 bulan) sehingga jelas dapat mengganggu
fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik itu tidak dapat
disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala yang
ada, maka klien mungkin tidak akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi
yang ada.
2. Faktor
Eksternal
a. Gejala yang Dapat Dilihat
Gajala yang terlihat dari
suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan Perilaku Sakit. Misalnya:
orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan lebih cepat
mencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin
komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.
b. Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan
membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru meyangkal potensi terjadinya
suatu penyakit. Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia
35 tahun yang berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda telah menemukan
adanya benjolan pada Payudaranya saat melakukan SADARI. Kemudian mereka
mendisukusikannya dengan temannya masing-masing. Teman Ny. A mungkin akan
mendorong mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu dibiopsi atau tidak;
sedangkan teman Ny. B mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan biasa dan
tidak perlu diperiksakan ke dokter.
c. Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan
etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat, mengenal penyakit, dan
menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu memahami latar belakang budaya
yang dimiliki klien.
d. Ekonomi
Semakin
tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap
gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan
ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.
e. Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan
RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering mempengaruhi kecepatan
mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan.
Demikian pula beberapa klien
enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar dan mereka lebih suka untuk
mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang rumit.
f. Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini
meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat peningkatan
kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti
seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan (aerobik, senam
POCO-POCO dll). Juga menyediakan fasilitas olehraga seperti, kolam renang,
lapangan Bola Basket, Lapangan Sepak Bola, dll.
BAB III
Penutup
3.1
Kesimpulan
Perilaku sakit adalah sebuah tingkah laku
yang mengarah pada keabnormal baik fisik, fisiologis dan psikologisn. Dari
keabnormalan tersebut menimbulkan berbagai macam reaksi yang tiap individu
berbeda – beda. Berbagai faktor yang mempengaruhi adalah perilaku, lingkungan,
keturunan serta pelayanan kesehatan.
Mechanics
melakukan pendekatan social untuk mempelajari perilaku sakit. Faktor internal
dapat berupa persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit
yang dialami, asal atau Jenis penyakit. Adapun faktor eksternal berupa gejala
yang dapat dilihat, kelompok sosial, latar belakang budaya, ekonomi, kemudahan
akses terhadap sistem pelayanan, dukungan sosial.
Daftar
Pustaka
Hasan. 2009. Persepsi dan Perilaku Sakit.
http://hasan-aplikasiinternet.blogspot.com/2009/01/persepsi-dan-prilaku-sakit.html.
Di unduh 01 Desember 2013 jam 17.05
Andhy. 2009. Persepsi dan Perilaku Sakit. http://andhablog.blogspot.com/2009/04/perilaku-sakit.html.
Di unduh 30 Nopember 2013 jam 09.00