me

me

Sabtu, 22 Maret 2014

TUGAS MATA KULIAH PERILAKU DAN SOFT SKILL KESEHATAN. Teori Perilaku Sakit

TUGAS MATA KULIAH PERILAKU DAN SOFT SKILL KESEHATAN
Dosen Pembimbing: Ibu Sriami Spd., M.Kes
Teori Perilaku Sakit





Disusun Oleh:
1.      Ika Novita Sari                                    (P27824112007 / 07)
2.      Da’imaturrahmawati                            (P27824112008 / 08)
3.      Vikri Shafira P.                                    (P27824112009 / 09)
4.      Anastasia W.                                       (P27824112010 / 10)
5.      Nurhalimah                                          (P27824112011 / 11)
6.      Diyandari Robbi A                              (P27824112014 / 12)


SEMESTER III / REGULER

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI KEBIDANAN KAMPUS SUTOMO SURABAYA
2013-2014

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr. Wb.
     Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Teori Perilaku Sakit”. Terselesaikannya penyusunan makalah ini berkat bantuan dari beberapa pihak oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan setinggi tingginya kepada yang terhormat:
1.      Ibu Sriami Spd., M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah Perilaku dan Soft Skill Kesehatan.
2.      Rekanrekan yang membantu menyelesaikan makalah ini.
     Secara khusus penulis menyampaikan terimakasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik selama perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.
     Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan para pembaca.
     Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita, Amien.

Wassalamualaikum Wr. Wb


Surabaya, 30 Oktober 2013


Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Rendahnya utilisasi (pengunaan) fasilitas kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit dan sebagainya, seringkali kesalahan atau penyebabnya dilemparkan kepada faktor jarak antara fasilitas tersebut dengan masyarakat yang terlalu jauh (baik jarak secara fisik maupun secara social), tarif yang tinggi, pelayanan yang tidak memuaskan dan sebagainya.
Pada kenyataannya di dalam masyarakat terdapat beraneka ragam konsep sehat – sakit yang diberikan oleh pihak provider atau penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Timbulnya perbedaan konsep sehat – sakit yang diberikan oleh pihak penyelenggara pelayanan kesehatan disebabkan adanya persepsi sakit yang berbeda antara masyarakat dan provider. Ada perbedaan persepsi yang berkisar antara penyakit (disease) dengan illness (rasa sakit).
Penyakit (disease) adalah suatu bentuk reaksi biologis terhadap suatu organisme, benda asing atau luka (injury). Hal ini adalah suatu fenomena yang objektif yang ditandai oleh perubahan fungsi – fungsi tubuh sebagai organisme biologis. Sedangkan sakit (illnes) adalah penilaian seseorang terhadap penyakit sehubungan dengan pengalaman yang langsung dialaminya. Hal ini merupakan fenomena subjektif yang di tandai dengan perasaan tidak enak (feeling unwell).
Dari batasan kedua pengertian atau istilah yang berbeda tersebut, tampak adanya perbedaan konsep sehat – sakit yang kemudian akan menimbulkan permasalahan konsep sehat – sakit di dalam masyarakat. Secara objektif seseorang terkena penyakit, salah satu organ tubuhnya terganggu fungsinya namun, dia tidak merasa sakit. Atau sebaliknya, seseorang merasa sakit bila merasakan sesuatu di dalam tubuhnya, tetapi dari pemeriksaan klinis tidak diperoleh bukti bahwa ia sakit.
Suatu konsep sehat masyarakat, yaitu bahwa sehat adalah orang yang dapat bekerja atau dapat menjalankan pekerjaannya sehari-hari, dan keluar konsep sakit, di mana dirasakan oleh seseorang yang sudah tidak dapat bangkit dari tempat tidurnya, tidak dapat menjalankan pekerjaanya sehari-hari.
Persepsi masyarakat tentang sakit yang notabene merupakan konsep sehat-sakit masyarakat berbeda pada tiap kelompok masyarakat. Konsep kelompok masyarakat yang satu berbeda dengan konsep sehat-sakit kelompok yang lain. Untuk itu maka tiap-tiap unit pelayanan kesehatan komunitas perlu mencari sendiri konsep sehat-sakit masyarakat yang dilayaninya. Untuk itu penelitian tentang aspek-aspek social budaya kesehatan sangat diperlukan oleh tiap unit pelayanan kesehatan komonitas. Jelasnya tiap-tiap puskesmas perlu menggumpulkan data social budaya masyarakat yang dilayani guna meningkatkan jangkauan pelayanannya.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dari makalah yaitu:
1.    Apa yang dimaksud dengan Persepsi?
2.    Apa yang dimaksud Perilaku Sakit?
3.    Bagaimana teori tentang Perilaku sakit?

1.3  Tujuan

1.3.1                  Tujuan Umum
Agar para pembaca khususnya tenaga medis dapat mengetahui Teori Perilaku Sakit.

1.3.2                  Tujuan Khusus
1.      Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Persepsi dan Perilaku Sakit.
2.      Mahasiswa dapat menjelaskan Teori Perilaku Sakit.







BAB II
TINJAUAN TEORI


2.1 Pengertian
2.1.1 Batasan Persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi
manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya.
Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan
ekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang
persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan)
langsung dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui
panca inderanya.
Sugihartono, dkk (2007: 8) mengemukakan bahwa persepsi adalah
kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk
menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi
manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang
mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi
negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.
Bimo Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan
suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang
diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti,
dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon sebagai
akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam 10
bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu
tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Berdasarkan hal
tersebut, perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman yang
dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus,
hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain.
             Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan Manajemen Perilaku, Struktur; memberikandefinisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri.

2.1.2 Batasan Perilaku Sakit
              Perilaku sakit adalah sebuah tingkah laku yang mengarah pada keabnormal baik fisik, fisiologis dan psikologis. Dalam kajian ilmu psikologi, perilaku sakit adalah sebuah peran yang berbeda dengan perilaku sehat. Dan konteks budaya, perilaku sakit mempunyai arti yang berbeda.
             Menurut Suchman (Sarwono, 2004), ada lima macam reaksi/perilaku dalam mencari proses pengobatan sewaktu sakit.
Kelima rekasi perilaku sakit itu adalah:
1.      Shoping atau proses mencari beberapa sumber yang berbeda dari medical care untuk satu persoalan atau yang lain, meskipun tujuannya adalah untuk mencari dokter yang akan mendiagnosis dan mengobati yang sesuai harapan.
2.      Fragmentation atau proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama.
3.      Procrastination atau penundaan pencarian pengobatan sewaktu gejala sakit dirasakan.
4.      Self Medication atau mengobati sendiri dengan berbagai ramuan atau membelinya diwarung obat.
5.      Discontuinity atau proses tidak melanjutkan (menghentikan pengobatan)

Menurut Hendrik L. Blum faktor–faktor yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan digambarkan sebagai berikut:

Dari skema diatas, dapat dilihat bahwa perilaku manusia mempunyai kontribusi, yang apabila dianalisa lebih lanjut kontribusinya lebih besar. Sebab disamping berpengaruh langsung terhadap kesehatan, juga berpengaruh tidak langsung melalui lingkungan terutama lingkungan buatan manusia, sosio budaya, serta faktor fasilitas kesehatan. Faktor perilaku ini juga berpengaruh terhadap faktor keturunan. Karena perilaku manusia terhadap lingkungan dapat menjadikan pengaruh yang negatif terhadap kesehatan dan karena perilaku manusia pula maka fasilitas kesehatan disalah gunakan oleh manusia yang akhirnya berpengaruh terhadap status kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

2.2 TEORI  PERILAKU SAKIT MECHANICS
              Mechanics melakukan pendekatan social untuk mempelajari perilaku sakit. Pendekatan ini di hubungkan dengan teori konsep diri, definisi situasi, efek dari anggota grup dalam kesehatan dan efek birokrasi.
             Teori ini menekankan pada 2 faktor:
a. Pesepsi atau define oleh individu pada suatu situasi.
b. Kemampuan individu melawan keadaan yang berat.
             Faktor ini digunakan untuk menjelaskan tentang sakit dan cara untuk mengatasinya, tetapi orang lain dengan kondisi yang lebih ringan justru mengalami kesulitan sosial dan psiokologis.
             Mechanics menjelaskan variasi-variasi dalam perilaku sakit, yaitu perilaku yang berhubungan dengan kondisi yang menyebabkan seseorang menaruh perhatian terhadap gejala-gejala pada dirinya kemudian mencari pertolongan.

2.2.1 Tujuan Mempelajari Perilaku Sakit
          Di dalam mempelajari perilaku sakit, ada dua tujuan yang ingin di capai, yaitu:
a. Agar dapat menjelaskan perilaku sakit seseorang maka harus dimengerti factor-  faktor fisik, social, dan mental yang menghasilkan kondisi sakit. Dengan kata lain, pertanyaan tentang bagaimana tanggapan individu tentang sakit, yaitu bagaimana dia mendapatkannya pada saat permulaan atau pertanyaan tentang sebab sakit.
b. Menentukan factor yang bertanggung jawab terhadap variasi penerimaan gejala penyakit yang mengikuti gajala-gejala ini dengan sakitnya dan reaksi terhadap penyakit. Selanjutnya Mechanics mengajukan 2 pertanyaan penting untuk dibahas, yakni etiologi sakit dan etiologi perilaku sakit. Dalam uraian selanjutnya ia hanya membahas etiologi perilaku sakit.
          Dalam uraian selanjutnya Mechanics hanya membahas etiologi perilaku sakit. Menurutnya banyak factor atau variable yang menyebabkan seseorang bereaksi terhadap sakit, yatu:
1.      Dapat dilihat, dapat dikenali atau dirasakan menonjol dari gejala dan tanda – tanda yang menyimpang.
2.       Banyaknya gejala-gejala yang di anggap serius (perkiraan kemungkinan bahaya).
3.       Banyaknya gejala yang menyebabkan putusnya hubungan keluarga , pekerjaan dan aktifitas yang lain.
4.      Frekuensi dari gejala dan tanda-tanda yang tampak, persistensinya dan frekuensi yang timbulnya.
5.       Nilai ambang dari mereka yang terkena.
6.       Informasi, pengetahuan, dan asumsibudaya , dan pengertian-pengertian dari yang menilai.
7.       Kebutuhan dasar (basic need) yang menyebabkan perilaku.
8.       Kebutuhan yang bersaing dengan merespons sakit.
9.       Perbedaan interprestasi yang mungkin terhadap gejala yang di kenalnya.
10.   Tersedianya sumber daya , kedekatan fisik, biaya (juga biaya dalam soial-ekonomi,jarak sosial) dan sebagainya.
Sepuluh variabel tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori umum. 

·         Variabel 1, 2 dan 6 sesuai dengan parsepsi dan menonjolnya gejala yang akan lebih ditentukan oleh orientasi medis dan warisan sosio kultural dari individu. Individu yang mengenal dan sudah diajari melawan suatu penyakit/gejala akan bereaksi terhadap gejala berbeda dengan yang belum mengenalnya. 

·         Variabel 3, 4 dan 5 berhubungan dengan hilang dan menetapnya gejala. 

·         Variabel 7, 8 dan 9 berhubungan dengan kebutuhan untuk mengatasi dan alternatif untuk menginterpretasikan gejala yang hilang. Sedangkan variabel ke 10 adalah pengarah faktor sosial psikologis dalam merespon sakit (penyakit). 

2.2.2 Dua Tingkat Analisis Teori Mechanic
                 Di samping 10 variabel tersebut, mechanics membahas adanya dua tingkat anlisis yang dipengaruhi oleh 10 variabel tersebut.
1.      Tingkat pertama
Batasan dari orang lain yang merefrensikan kepada proses dimana orang lain selain si sakit mengenal gejala sakit individu dan mengatakan bahwa orang tersebut sakit dan perlu perawatan.
2.      Tingkat kedua
         Batasan sendiri, mengenal gejala penyakitnya dan menentukan pencarian pertolongan sendiri . Menurut mechanics, analisis dengan orang-orang di luar dirinya, yaitu dengnan orang lain, cenderung menantang definisi bahwa orang lain berusaha memaksa dirinya dan menyebabkan perlunya dorongan untuk mencari pengobotan.
         Hal yang penting dalam suatu analisis perilaku sakit adalah pola reaksi sosio-kultural yang dipelajari suatu saat ketika individu dihadapkan kepada gejala penyakit sehinga gejala-gejala itu akan dikenal, dinilai, ditimbang, kemudian bereaksi atau tidak tergantung atas defenisi individu atas situasi itu. Definisi terhadap definisi itu ditentukan oleh warisan social.
2.3 KELEMAHAN TEORI MECHANICS
Kelemahan dari teori ini adalah bahwa meskipun teori mechanics telah mengembangkan scope perilaku sakit, termasuk individu yang sakit, tetapi tidak mencari pengobatan, dan mengidentifikasikan sepuluh factor pengambilan keputusan dalam proses mencari pertolongan. Teori ini perlu kejelasan dan pengujian lebih lanjut. Kelemahan-kelemahan lain teori ini diantaranya sebagai berikut:
1)      Tentang nature/atau sifat dari ketergantungan antara 10 variabel belum    dispesifikasikan. Mendektesi bagaimana keputusan individu saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya adalah penting untuk mengetahui perilaku sakit.
2)       Teori umum ini belum di uji secra keseluruhan sehingga hasilnya tidak mungkin dijajaki validitas empirisnya meskipunkelihatannya memang beralasan.
3)       Meskipun teori mencari pengobatan telah dikembangkan tetapi belum dapat diterapkan pada perilaku sehat, terutama pada segi pencegahan. Tetapi dengan sedikit modifikasi dapat di terapkan.
4)       Terkonsentrasi kepada proses pembuatan keputusan untuk mencari atau tidak mencari penggobatan tetapi tidak terhadap proses kontak pertama individu dengan petugas.

2.4 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SAKIT
1. Faktor Internal
a. Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami
          Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari. Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan.
Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.

b. Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan.
Sedangkan pada penyakit kronik biasany berlangsung lama (>6 bulan) sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala yang ada, maka klien mungkin tidak akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi yang ada.


2. Faktor Eksternal
a. Gejala yang Dapat Dilihat
Gajala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan Perilaku Sakit. Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.
b. Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit. Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada Payudaranya saat melakukan SADARI. Kemudian mereka mendisukusikannya dengan temannya masing-masing. Teman Ny. A mungkin akan mendorong mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny. B mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan biasa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter.


c. Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat, mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien.
d. Ekonomi
          Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.
e. Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan.
Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar dan mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang rumit.
f. Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan (aerobik, senam POCO-POCO dll). Juga menyediakan fasilitas olehraga seperti, kolam renang, lapangan Bola Basket, Lapangan Sepak Bola, dll.


BAB III
Penutup

3.1  Kesimpulan
       Perilaku sakit adalah sebuah tingkah laku yang mengarah pada keabnormal baik fisik, fisiologis dan psikologisn. Dari keabnormalan tersebut menimbulkan berbagai macam reaksi yang tiap individu berbeda – beda. Berbagai faktor yang mempengaruhi adalah perilaku, lingkungan, keturunan serta pelayanan kesehatan.
       Mechanics melakukan pendekatan social untuk mempelajari perilaku sakit. Faktor internal dapat berupa persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami, asal atau Jenis penyakit. Adapun faktor eksternal berupa gejala yang dapat dilihat, kelompok sosial, latar belakang budaya, ekonomi, kemudahan akses terhadap sistem pelayanan, dukungan sosial.


Daftar Pustaka

Hasan. 2009. Persepsi dan Perilaku Sakit. http://hasan-aplikasiinternet.blogspot.com/2009/01/persepsi-dan-prilaku-sakit.html. Di unduh 01 Desember 2013 jam 17.05
Andhy. 2009. Persepsi dan Perilaku Sakit.  http://andhablog.blogspot.com/2009/04/perilaku-sakit.html. Di unduh 30 Nopember 2013 jam 09.00